WMO berharap laporan tersebut digunakan untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan kebijakan yang melindungi masyarakat dengan lebih baik.
Dalam 40 tahun mendatang tingkat kematian dari perubahan iklim akan sama dengan Covid-19. Pada akhir abad ini jika pertumbuhan emisi tetap tinggi, perubahan iklim dapat menyebabkan 73 kematian tambahan per 100.000 orang.
Dalam skenario emisi yang lebih rendah, tingkat kematian turun menjadi 10 kasus per 100.000 orang.
Dengan kata lain, pada 2060 mendatang, dampak perubahan iklim bisa sama mematikannya dengan Covid-19, serta pada tahun 2100 kelak bakal berpotensi lima kali lebih mematikan dari Covid-19 sebagaimana ditulis Bill Gates dalam blog pribadinya.
Dari sisi kerusakan ekonomi, dampak perubahan iklim cukup bervariasi tergantung model ekonomi yang digunakan.
Tetapi kesimpulannya satu, dalam satu atau dua dekade ke depan kerusakan ekonomi yang disebabkan perubahan iklim akan sama dengan pandemi Covid-19. Namun pada akhir abad ini, jika emisi tidak dikendalikan, bisa lebih buruk dari itu.
Menurutnya, cara untuk menghindari iklim yang makin memburuk adalah dengan mempercepat upaya kita sekarang, bahkan saat dunia juga bekerja untuk mengatasi virus Corona.
Seirama dengan keprihatinan global tersebut, fenomena pemanasan global menjadi penyebab para ahli, ilmuwan, dan akademisi memprediksi DKI Jakarta dan 112 kota di Jawa bagian utara bakal tenggelam pada 2030.
Baca juga: Daftar 112 Wilayah di Indonesia yang Berpotensi Tenggelam
Salah satunya adalah Kepala Environmental Engineering, Universitas Airlangga, Dr Eko Prasetyo Kuncoro, ST, DEA yang menekankan bahwa secara rasionalitas pemanasan global ini tidak dapat terelakkan dan memiliki efek yang sangat banyak.
Salah Satu efek yang sangat dirasa oleh masyarakat dunia terkait dengan pemanasan global adalah perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan temperatur air laut sehingga menyebabkan muka air laut relatif mengembang dan memiliki volume banyak.
Pada gilirannya, air laut yang meninggi akan merendam 112 kota di pesisir pantai utara Jawa.
Selain itu, patut dicamkan bahwa ancaman "atlantisasi" (merujuk tenggelamnya kota Atlantis ke dasar lautan) pesisir Utara Jawa tak hanya terjadi dikarenakan kenaikan permukaan air laut tetapi juga terdapat faktor lain yakni, pemakaian air tanah yang memicu penurunan muka tanah.
Dalam prosesnya, permukaan tanah turun di tahap awal kemudian permukaan air lautnya naik. Kombinasi inilah yang menyebabkan sebagian besar kota-kota pesisir tersebut bakal tenggelam jika tak dilakukan upaya preventif nan komprehensif.
Salah satunya yang telah dilakukan sejak 2016 lalu oleh Singapura adalah proses digitalisasi air.
Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa digitalisasi air (digitazing water)adalah pemanfaatan dan intervensi teknologi digital dalam proses pengelolaan dan preservasi serta efisiensi sumber daya air guna mengurangi dampak buruk eksploitasi air tanah.