TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Akses menuju sejumlah rumah warga di kawasan Jalan Pelikan RT 006 RW 009, Serua, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, ditutup tembok oleh pihak yang disebut pengembang.
Video tembok yang menutupi akses menuju rumah itu diunggah oleh warga yang terdampak dan viral di media sosial pada Selasa (7/9/2021).
Pantauan Kompas.com di lokasi, tembok tersebut memiliki panjang kurang lebih 30 meter dengan tinggi sekitar dua meter.
Tembok itu berdiri tepat depan tiga unit rumah warga. Akses yang biasa digunakan warga untuk keluar dan masuk kini tertutup.
Baca juga: Azas Tigor: Petugas Dishub DKI Peras Sopir Bus yang Angkut Warga Miskin Hendak Vaksinasi
Proses pembangunan tembok penghalang tersebut tampak belum rampung sepenuhnya. Di sekitar lokasi, masih terdapat tumpukan batu bata, pasir dan kerikil.
Salah seorang pemilik rumah, Tarmo (50) mengungkapkan, tembok yang berada persis di depan rumahnya itu mulai dibangun pada Jumat (3/9/2021) hingga Senin (6/9/2021).
"Itu mulai dibangun Jumat kemarin ada tembok, mulai dipasang batu, Sabtu dipasang, Senin lanjutan. Jadinya lihat aja begitu," ujar Tarmo saat diwawancarai, Selasa (7/9/2021).
Tarmo mengaku tidak mengetahui secara pasti siapa pihak yang mendirikan tembok tersebut hingga menutup akses utama ke rumahnya.
Pasalnya, tidak ada pihak pengembang yang berkomunikasi dengan Tarmo ataupun dua pemilik rumah lain yang terdampak, ketika pembangunan dimulai pada Jumat lalu.
"Enggak ada izin ke kami. Minimal bilang lah. Karena kan pasti mengganggu aktivitas mereka, bisingnya, ketok-ketoknya," kata Tarmo.
Baca juga: Dilarang Bawa Pengacara, MS Korban Pelecehan Datang ke KPI Ditemani Ibunya
Sepengetahuan Tarmo, status tanah yang berada persis di depan rumahnya memang diperuntukkan untuk jalan umum warga.
"Jadi di AJB (Akta Jual Beli) itu, depan sini itu jalan, di kanan tanah orang lain, kiri tanah orang lain, belakang jalan," tutur Tarmo.
Pujiono (51) warga yang juga terhalang akseanya mengaku tidak menyangka bahwa tembok tersebut akan berdiri tepat di depan rumahnya.
Padahal, kata Pujiono, pihak pengembang kerap meminta bantuan saat membangun rumah yang berada tak jauh dari tembok penghalang tersebut.
"Waktu pertama mulai bangun (rumah) terus terang, naro material, minta air, minta listrik ya saya monggo aja. Istilahnya saya menghargai karena sama-sama, apalagi kalau itu (rumah) terisi jadi calon tetangga kita juga," ungkapnya.