JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus aktif Covid-19 di Jakarta berada di angka 113.137 orang pada 16 Juli 2021.
Lonjakan kasus tersebut mengantarkan Jakarta ke puncak pandemi, di mana ketika itu jumlah kasus aktif 10 kali lipat dibandingkan jumlah tempat tidur perawatan pasien Covid-19.
Kisah pilu yang menyertai gelombang besar pandemi Covid-19 di Jakarta juga terlihat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan sebagai tempat peristirahatan terakhir pasien yang wafat karena terpapar Covid-19.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kala itu berujar bahwa lahan pemakaman yang semula lapang tanpa gundukan tanah kini sudah penuh dengan batu nisan.
Baca juga: Anies Beri Nama Syuhada untuk Blok Makam Pasien Covid-19 Muslim di TPU Rorotan
"Saat masuk ke pemakaman para syuhada ini terasa pangling. Hanya dalam hitungan hari, hamparan tanah lapang itu berubah jadi deretan kuburan yang amat bayak," kata dia, 16 Juni 2021.
Peristiwa tersebut sudah berlalu hampir dua bulan. Kini kasus aktif mulai mereda berkali-kali lipat lebih rendah dibandingkan puncak pandemi.
Tercatat, kasus aktif Covid-19 di Jakarta per tanggal 8 September 2021 hanya di angka 4.513, atau 0,5 persen dari angka kumulatif kasus Covid-19 yang kini berjumlah 853.599 kasus.
Sedangkan pasien sembuh berada di 835.700, pasien meninggal dunia di angka 13.386 kasus.
Anies ingin semua tetap disiplin protokol kesehatan
Gubernur Anies mengatakan, keberhasilan penanganan Covid-19 di Jakarta saat ini bisa dirasakan dengan beragam pelonggaran aktivitas yang sebelumnya dilarang di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
PPKM di wilayah DKI Jakarta kini turun ke level 3, kegiatan masyarakat mulai menggeliat.
Namun, Anies menginginkan agar masyarakat tak terlena dengan pelonggaran yang diberikan oleh pemerintah.
Baca juga: Anies: Kondisi Pandemi Covid-19 di Jakarta Semakin Terkendali
Belum hilang dari ingatan bagaimana hari-hari mencekam karena suara sirine mobil jenazah pasien Covid-19 bersahutan dengan ambulans pengangkut pasien aktif Covid-19.
Negara-negara di luar sana, kata Anies, harus menanggung gelombang ketiga karena tak disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Pandemi masih ada, Anies bertutur "kita tidak ingin masuk gelombang ketiga, artinya kondisi landai saat ini harus dijadikan sebagai usaha peningkatan kedisiplinan.