TANGERANG, KOMPAS.com - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Tangerang, Kota Tangerang, Banten, kebakaran hebat pada Rabu (8/9/2021).
Untuk sementara polisi menduga kebakaran terjadi karena hubungan arus pendek listrik atau korsleting.
Pada Rabu, tercatat 41 narapidana (napi) yang meninggal dunia, 8 napi yang luka berat, dan 72 warga binaan yang luka ringan.
Namun, pada Kamis (9/9/2021), napi yang tewas bertambah tiga orang.
Baca juga: Tangis Ibu Korban Kebakaran Lapas Tangerang: Seharusnya Bebas Tiga Bulan Lagi...
Kepala Instalasi Hukum Publikasi dan Informasi (HPI) RSUD Kabupaten Tangerang Hilwani berujar, tiga napi meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang.
"Napi pertama tewas pukul 03.00 WIB, yang kedua jam 06.00 WIB, dan yang ketiga jam 07.00 WIB," kata Hilwani.
Dengan demikian, masih ada tujuh napi yang dirawat di RSUD tersebut.
3 napi tewas alami gangguan multiorgan
Dokter jaga ICU bedah RSUD Kabupaten Tangerang Santika Budi Andyani berujar, ketiga korban yang tewas pada Kamis kemarin berinisial A, H, dan T.
Dia menyatakan, pihak RS sempat memasangkan ventilator saat ketiga pasien itu masuk ICU pada Rabu kemarin.
Kemudian, pihaknya melakukan pemeriksaan laboratoriun dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Baca juga: Bertambah 3 Napi Tewas akibat Lapas Tangerang Terbakar, Korban Alami Gangguan Multi-organ
Dari hasil pemeriksaan tersebut, ketiganya mengalami gangguan organ tubuh akibat luka bakar yang mereka alami.
"Sudah mengalami gangguan multi organ seperti gangguan ginjal, gangguan livernya," urainya.
Santika menjelaskan, A meninggal pada pukul 03.00 WIB, kemudian H meninggal pada pukul 06.00 WIB, lalu disusul T pada pukul 07.00 WIB.
Ketiganya mengalami kadar luka bakar yang berbeda, mulai 60-98 persen.
Baca juga: Alami Gangguan Multiorgan, 3 Napi Korban Kebakaran Lapas Tangerang Tewas Sebelum Dioperasi
"Tuan A memang kondisinya luka bakarnya berat (kadar kebakaran) sekitar 98 persen. Pasien itu mengalami kondisi infeksi yang berat yang sudah mengganggu organ-organ yang lain," papar Santika.
Dia menjelaskan, luka bakar yang dialami H juga tergolong berat dengan kadar mencapai 60-80 persen.
"Lalu yang terakhir yang ketiga, tuan T itu luka bakarnya 80 persen, sudah berat," ucapnya.
Santika menyatakan, sebelum meninggal, ketiga napi itu dirawat secara intensif. Sebab, saat masuk ICU, ketiganya mengalami syok berat.
"Kemarin itu karena kondisi masuk pasiennya syok berat, jadi kami atasi dulu. Dehidrasi cairan, kami berikan obat buat penataan jantung pasien," papar Santika.
Setelah kondisi tiga napi itu stabil, mereka seharusnya dioperasi pada Kamis ini. Namun, mereka meninggal sebelum dioperasi.
"Ketika kondisinya stabil, rencananya hari ini kami lakukan operasi, cuma ketiga pasien itu belum sempat kami lakukan tindakan operasi," ujar Santika.
Cerita anak T
Andrew, anak T, mengaku telah menerima kenyataan bahwa ayahnya meninggal dalam peristiwa tersebut.
Menurut dia, musibah kebakaran itu merupakan sebuah kecelakaan.
"Saya menilai ini suatu kecelakaan, ini musibah. Semuanya tidak ada yang menginginkannya," ucapnya.
Atas peristiwa kebakaran yang terjadi, dia tidak ingin menyalahkan siapa pun.
Baca juga: Polisi Kumpulkan 31 Sampel DNA Keluarga Korban Kebakaran Lapas 1 Tangerang
Andrew meminta kepada masyarakat agar mendoakan para napi yang masih menerima perawatan.
Dia juga berterima kasih atas santunan yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih soal santunan ini. Mari kita sama-sama berdoa, semoga korban yang masih dirawat segera sembuh," papar Andrew.
4 napi jalani operasi
Dr Santika berujar, dari tujuh napi yang kini masih dirawat di RSUD Kabupaten Tangerang, empat di antaranya menjalani operasi hari ini.
Menurut dia, derajat luka bakar keempat orang itu berbeda-beda, mulai dari 13,5-98 persen.
"Yang tiga orang ini sekitar 50-98 persen, untuk yang sedang lagi jalan operasi ini (derajat luka bakarnya) 13,5 persen," papar Santika.
Baca juga: Dua Napi Korban Kebakaran Lapas Tangerang Jalani Operasi, Kondisinya Masih Tak Stabil
Napi dengan derajat luka bakar 13,5 persen memiliki peluang untuk bertahan hidup yang cukup tinggi.
Sementara itu, tiga napi yang derajat luka bakarnya di atas 50 persen cenderung memiliki peluang untuk bertahan hidup yang sedikit.
Pasalnya, ketiga warga binaan tersebut mengalami gangguan multiorgan.
"Cuma untuk kondisi (kadar luka bakar) yang di atas 50 persen memang agak sulit ya karena sudah terjadi gangguan multiorgan," ujar Santika.
"Kami juga sudah kolaborasi antara bagian anestesi konsultan ICU kami, bedah plastik, juga bagian penyakit dalam," sambung dia.
Hilwani berujar, hanya ada dua warga binaan yang dioperasi dari empat napi yang dijadwalkan.
Dua napi yang tidak jadi dioperasi itu karena kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk dioperasi.
Hilwani menyatakan, operasi yang dilakukan kepada dua napi tersebut berjalan dengan lancar.
Adapun keduanya menjalani operasi untuk luka bakar yang mereka alami.
Namun, sayangnya, kondisi kedua napi itu kembali tidak stabil lagi.
"Korban, hasil operasinya berjalan dengan lancar cuma kondisinya kembali lagi tidak stabil ya," ungkapnya.
Untuk menangani dua napi yang baru menjalani operasi, pihak RS bakal fokus terhadap pemulihan tanda-tanda vitalnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.