Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pembangunan TMII di Jakarta

Kompas.com - 15/09/2021, 12:52 WIB
Rindi Nuris Velarosdela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Taman Mini Indonesia Indah (TMII) adalah salah satu tempat wisata favorit warga Jakarta yang berlokasi di Jakarta Timur.

Sebelum menempati lokasi sekarang, TMII pernah diusulkan dibangun di kawasan lain yakni Waduk Melati dekat Hotel Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat; kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat; dan Sunter, Jakarta Utara.

Namun, ketiga lokasi itu tidak cukup luas untuk membangun TMII.

Pembangunan TMII berawal dari ide Siti Hartinah Soeharto, istri Presiden Soeharto, untuk membuat suatu destinasi wisata yang menampilkan keberagaman budaya Indonesia.

Baca juga: Kilas Balik Peristiwa Tanjung Priok September 1984

Konsep TMII dikemukakan Ibu Tien (sapaan akrab Siti Hartinah Soeharto) dalam rapat Yayasan Harapan Kita di kediamannya di Jalan Cendana 8, Jakarta Pusat pada 13 Maret 1970.

Ibu Tien menjelaskan gagasannya untuk membuat suatu tempat wisata yang mampu menjadi miniatur Indonesia.

Gagasan Ibu Tien itu disambut baik oleh Gubernur DKI Jakaraa yang kala itu dijabat Ali Sadikin. Namun, muncul permasalahan dalam pembangunan TMII yakni menemukan lokasi yang tepat dan sumber pendanaan.

Sebab, dibutuhkan lahan yang luas untuk membangun TMII sebagai miniatur Indonesia.

"Yang jadi soal waktu itu, buat saya, di mana taman itu harus dibangun? Dan bagaimana mengadakan dananya?" kata Bang Ali dalam buku Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977 yang ditulis oleh Ramadhan K.H.

Bang Ali kemudian mengusulkan TMII dibangun di pinggiran Jakarta agar tidak mengganggu perkembangan Jakarta sebagai kota metropolitan.

Usulan Bang Ali selanjutnya disampaikan Ibu Tien kepada Brigjen TNI Herman Sarens Sudiro. Herman dikenal sebagai komandan korps Hankam sekaligus merangkap project officer pembangunan TMII.

Baca juga: Kilas Balik Sejarah Jakarta: Asal-usul Nama Kampung Bali di Tanah Abang

 

Saat itu, Herman juga baru membereskan pembebasan lahan untuk pembangunan markas besar ABRI di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur.

Menanggapi usulan Bang Ali, Herman kemudian mengusulkan TMII dibangun di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur. Herman juga meyakinkan Ibu Tien tentang potensi kawasan Bambu Apus.

"Setelah Ibu Tien melihat lokasi, menyatakan setuju dengan rencana itu, kami menghadap Pak Harto. Setelah itu, tanah dibebaskan dengan mengumpulkan kepala desa di sekitar Bambu Apus," kata Herman dalam otobiografinya Herman Sarens Sudiro: Ancemon Gula Pasir, Budak Angon Jadi Opsir.

Baca juga: Kilas Balik Riwayat Kampung Susun Akuarium: Digusur Ahok, Dibangun Kembali oleh Anies

Pembangunan TMII di Bambu Apus, Jakarta Timur diputuskan melalui SK Gubernur tanggal 7 Maret 1972. Harga tanah yang dibebaskan untuk lahan proyek TMII adalah Rp 50 per meter.

"Tugasku dalam TMII adalah membebaskan tanah, sedangkan pembangunannya diserahkan ke pihak swasta," ujar Herman.

Pembangunan TMII sempat menuai kritikan karena dianggap sebagai pemborosan anggaran. Namun, pembangunan TMII tetap berjalan selama pemerintahan Presiden Soeharto.

Ibu Tien mengatakan pembangunan miniatur Indonesia itu menelan dana sebesar Rp 10,5 miliar. Dana pembangunan TMII seharusnya dibebankan kepada pihak swasta dan pengusaha.

Namun, skema pendanaan itu menjadi ganjil karena provinsi juga ikut menanggung 16 persen dari total biaya pembangunan.

Meski menuai kritikan publik, TMII terus dibangun dan diresmikan pada 20 April 1975.

 

Artikel ini telah tayang di Historia.id dengan judul Cerita di Balik Pembangunan TMII

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com