Keluarga Petra yang berada di posko lekas curiga. "Something wrong ini," ujar Angeline.
"Terus saya nanya jangan nangis, ini kenapa nangis? Petra, kan biasa dipanggil kecilnya Etus. Etus sudah enggak ada. Tahu dari mana? Petugas itu yang kasih tahu. Dasarnya apa? Dia (Suhendar) ngomong, (dasarnya) dia petugasnya," kata Angeline.
Angeline pun merasa tak puas. Ia kemudian menghampiri loket posko korban kebakaran.
Angeline mencoba mencari petugas yang memegang data korban kebakaran. Namun, petugas tak bisa memperlihatkan secarik kertas yang berisi data korban kebakaran lantaran bersifat rahasia.
Angeline sempat naik pitam. Ia meminta petugas itu untuk membacakan data korban kebakaran.
"Ada enggak di kertas yang bapak punya atas nama Petra Eka alias Etus bin Suhendar. Terus dia kebet (buka halaman satu per satu), adalah namanya di urutan nomor 20. Baru kita tahu kalau dia sudah enggak ada," tutur Angeline.
Angeline kemudian berterima kasih. Pihak keluarga akhirnya tahu bahwa Petra telah tewas akibat kebakaran.
Dari awal adanya insiden kebakaran, Angeline menyebutkan, pihak lapas tak memberikan informasi terkait korban kebakaran. Keluarga korban harus berinisiatif untuk mencari informasi.
"Enggak ada sama sekali (informasi korban kebakaran). Kita nonton berita saja," kata Angeline.
Meskipun begitu, pihak keluarga tak menyalahkan pihak lapas terkait koordinasi yang buruk pada awal pasca-kejadian kebakaran. Ia paham bila situasi darurat ini merupakan hal yang baru bagi Lapas Kelas 1 Tangerang.
"Cuma kita memang kesulitan baik dalam menghubungi dari awal," ujar Angeline.
Baca juga: Polisi Bakal Gelar Perkara Kasus Kebakaran Lapas Tangerang untuk Tetapkan Tersangka
Respons pun sempat ia keluhkan. Pertanyaan selain verifikasi dokumen pun tak digubris.
"Yang paling sakit hati ketika sudah dibaca, tapi tidak ada feedback. Sampai harus ya, ya kita resah ya, kita coba aja kita kejar. Wong kita butuh juga, jadi kita kejar ke rumah sakit lagi," tambah Angeline.
Dalam perjalanannya, seluruh korban tewas dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk proses identifikasi. Keluarga Petra pun mencari tahu informasi ke rumah sakit dan berkomunikasi dengan pihak RS Polri lewat telepon genggam.
Pada Senin (13/9/2021) siang, kabar baik pun tiba. Petra berhasil diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri.
Kabar tersebut disampaikan pihak RS Polri kepada ibu Petra, Evi Nilasari (48). Petra berhasil diidentifikasi lewat tes pencocokan sampel darah antara Petra dan ayahnya.
Pada Selasa (14/9/2021), Petra dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo II, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Keluarga mengenang Petra sebagai sosok yang baik, penuh kasih sayang, peduli terhadap sesama, pemaaf, dan dikenal juga sebagai anak yang jahil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.