Fasilitas ketiga adalah Planetarium dan Pusat Pelatihan Seni. Di antara semua bangunan yang berdiri di TIM, Planetarium adalah bangunan yang paling tua dan berstatus sebagai cagar budaya.
Baca juga: Divonis Bersalah Soal Polusi Udara Jakarta, Anies: Kami Memutuskan Tidak Banding
Statusnya sebagai cagar budaya membuat proses revitalisasi di gedung berbentuk kubah ini terbatas hanya di bagian interiornya saja.
Fasilitas lainnya Masjid Amir Hamzah, Gallery Annex dan yang terakhir Gedung Graha Bhakti Budaya dengan kapasitas daya tampung 848 kursi.
Sedangkan Gedung Teater Besar tidak mengalami revitalisasi dengan kapasitas teater besar mencapai 1.200 kursi dan teater kecil 200 kursi.
Kepala Bidang Pemasaran dan Atraksi Dinas Pariwisata DKI Jakarta Hari Wibowo mengatakan, tak ada angka pasti dampak dari revitalisasi Taman Ismail Marzuki.
Karena selama Taman Ismail Marzuki berdiri, data terkait kunjungan ke tempat seni pertunjukan itu tak terurus dengan baik.
Namun dia menyebut revitalisasi yang sudah berjalan selama 2 tahun lebih ini bisa mendongkrak pariwisata secara umum di DKI Jakarta.
Dia memprediksi, 3 juta wisatawan bisa hadir dalam program wisata urban per tahunnya jika kondisi Covid-19 melandai. Terlebih TIM menjadi salah satu destinasi urban tourism di kawasan Cikini Jakarta Pusat.
"Kalau melandai Covid-19, kami harap makin banyak wisatawan domestik ke Jakarta, sekitar 10 persen lah dari 30 juta lebih wisatawan ke ibu kota dengan berbagai program yang dicanangkan," ujar dia.
Namun target wisatawan harus sabar menanti mengingat program mempersolek Taman Ismail Marzuki masih jauh dari target yang ditetapkan.
Kala Anies meletakkan batu pertama revitalisasi Taman Ismail Marzuki, tenggat waktu yang diberikan PT Jakpro sebagai pelaksana proyek adalah Juni 2021.
Baca juga: Sederet PR Anies Usai Divonis Bersalah atas Polusi Udara Jakarta
Namun tenggat sudah jatuh tempo tiga bulan, Jakpro baru menyelesaikan progres 69 persen dari total keseluruhan revitalisasi.
Siang itu, Rabu (15/9/2021) para pekerja proyek masih sibuk hilir mudik di tanah seluas 8 hektar itu sambil menggunakan helm dan rompi keselamatan berwarna merah.
Lucky menyebut biang keladi dari lambatnya penyelesaian revitalisasi adalah Covid-19. Gelombang pandemi yang mengguncang Jakarta memberikan dampak pada pengiriman bahan material yang digunakan.
"Tetapi kita sudah bisa memitigasi atas hal tersebut, karena kan kalau pandemi kemarin kita belajar dari tahun 2020 walaupun ada kendala pengiriman material tapi udah dapat cara antisipasinya. Jadi so far pelaksanaan berjalan dengan baik," tutur Lucky.