Di tengah kabar gelaran Formula-E ditinggalkan oleh pabrikan otomotif ternama seperti BMW, Audi dan Mercedes, pamor kehebatan Formula-E menjadi kian meredup.
Seorang sahabat saya yang menggandrungi olahraga otomotif mengaku, minat pecinta balapan akan “lari” ke arena balapan lain. Formula-E nantinya hanyalah ajang balap “unyu-unyu” karena tidak sedahsyat balapan formula yang lain.
Dengan besaran angka pembayaran commitment fee Formula-E yang mencapai Rp 2,3 triliun, saya hanya bisa membatin andai biaya tersebut digunakan untuk membangkitkan gairah anak muda dalam berwirausaha.
Jika dengan angka Rp 25 juta bisa membangkitkan usaha kreatif satu anak muda di Jakarta maka commitment fee Rp 2,3 triliun bisa melahirkan 92 ribu wirausahawan muda Ibukota.
Ada anak muda yang bisa mengembangkan bengkel modifikasi motor, membuka pet shop dan grooming hewan, mendirikan usaha catering makanan vegetarian, cuci kendaraan panggilan, laundry, kedai kopi, salon kecantikan dan lain-lain.
Sinergitas antara beragam bisnis dengan pemasaran online akan menjadikan usaha anak-anak muda memiliki prospek yang menjanjikan.
Andai dengan pagu pinjaman modal Rp 25 juta - tanpa bunga atau berbunga sangat rendah - yang dikembalikan dengan waktu tertentu serta selanjutnya digulirkan untuk wirausahawan muda lainnya, pasti akan sangat membantu mengatasi pengangguran di Jakarta.
Apalagi dampak pandemi begitu memukul semua sendi perekonomian termasuk pemutusan hubungan kerja di mana-mana.
Data Badan Pusat Statisitik (BPS) 5 November 2020 menunjukkan, Jakarta memiliki tingkat pengangguran terbuka tertinggi di tanah air yakni 10,95 persen. Jauh di atas angka nasional untuk tingkat pengangguran terbuka yang 7,07 persen.
Jakarta memiliki 5 kotamadya, 1 kabupaten, 44 kecamatan yang mencakup 267 kelurahan. Dengan kehadiran 92 ribu wirausahawan muda per-gelombang peminjaman maka strategi ini bisa mengubah mindset kaum rebahan – istilah untuk anak muda selama pandemi – untuk bangkit dari pandemi.
Dari setiap kelurahan di Jakarta akan lahir 344 wirausahawan muda di setiap gelombang peminjaman dana bergulir.
Anugerah terindah saat ini berupa landainya angka penyebaran Covid serta semakin gencarnya vaksinasi di Ibukota – seperti yang kerap dibangga-banggakan oleh Anies Baswedan – harusnya menjadi titik balik untuk membangkitkan perekonomian di tingkat bawah.
Antisipasi terjadinya rebound pasca-melandainya pandemi di seluruh aktvitas kehidupan seperti pariwisata, perekonomian, pendidikan dan lain sebagainya sebaiknya dijadikan pilihan ketimbang gelaran Formula-E yang hanya menguntungkan pihak asing semata.
Pengajuan hak interpelasi yang dimotori fraksi PDI Perjuangan dan PSI di DPRD DKI Jakarta seharusnya juga tidak perlu ditanggapi berlebihan oleh Anies Baswedan.
Pertama, secara teknis hal tersebut sulit terjadi mengingat lebih banyak jumlah anggota DPRD DKI Jakarta yang berpihak pada kebijakan Anies dalam menggelar Formula-E.
Jumlah kursi Fraksi PDI Perjuangan dan PSI di DPRD DKI hanya 33 orang. Sementara, fraksi pendukung Anies 72 orang. Terang benderang, rapat paripurna untuk disetujuinya penggunaan hak interpelasi sulit dibuka.
Butuh kehadiran 53 anggota DPRD di rapat paripurna. Mudah saja memboikot kuorum. Fraksi-fraksi pendukung Anies tinggal memerintahkan sejumlah anggotanya untuk bolos agar kuorum tidak tercapai.
Baca juga: Menu Interpelasi di Santap Malam Gubernur Anies
Dengan demikian, sampai kapan pun rapat paripurna tidak akan pernah kourum. Hak interpelasi Formula-E tak akan pernah bisa diwujudkan.
Kedua, interpelasi sebetulnya bisa menjadi momentum bagi Anies untuk menjelaskan urgensi dan signifikansinya diadakan Formula-E di tengah pandemi.
Jika Anies bisa menggunakan penjelasan yang runtun dan runut seperti dosen menjelaskan mata perkuliahan yang sulit dipahami para mahasiswa di ruang kelas, niscaya warga Jakarta akan paham maksud diadakannya Formula-E yang berbiaya mahal.
Hanya sebuah keajaiban, interpelasi Formula-E bisa terwujud. Menunggu kembalinya nurani ke-72 anggota Dewan yang menjadi pembela gigih kebijakan yang memboroskan uang rakyat seperti menunggu godot.
Atau bisa jadi, sandera politik membuat kelindan kepentingan menumpulkan nurani?
Saya akhirnya bisa mengerti kenapa Soekarno pernah berujar, “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.