DEPOK, KOMPAS.com - Kamis, 23 September 2021, pukul 05.30 pagi.
Fa, seorang perempuan yang tinggal di kawasan Patoembak, Harjamukti, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, terbangun karena keramaian di luar rumahnya yang juga berfungsi sebagai warung.
Ada jasad manusia ditemukan di semak-semak tak jauh dari rumah Fa. Terdengar isak tangis meraung-raung.
"Jasadnya telentang dan wajahnya tertutup rumput-rumput," ujar Fa kepada wartawan pada Kamis sore.
Baca juga: Anggota TNI Ditemukan Tewas di Depok, Polisi: Korban Ditusuk karena Lerai Perkelahian
Kawasan ini berupa tanah garapan yang didominasi rumput-rumput liar, berlokasi di antara tembok batas lahan milik sebuah perusahaan properti.
Beberapa rumah semipermanen tumbuh berselingan dengan semak-semak ini. Jalan menuju ke sana belum diaspal.
"Saya tanya ada apa, terus pada jawab katanya Om Lopo meninggal," kata Fa.
Fa kenal Lopo. Ia bilang, Lopo tinggal tak jauh dari kawasan ini. Ia pun mengaku punya hubungan kekerabatan dengan istri Lopo, yang tangisnya pagi hari itu membangunkan Fa.
Baca juga: Tersangka Pembunuh Anggota TNI di Depok Ditangkap
Kamis itu, identitas Lopo masih sumir. Desas-desus yang berkembang menyebutnya sebagai anggota TNI. Ketika dikonfirmasi soal pekerjaan Lopo, Fa menolak memberi jawaban lugas.
"Kalian (wartawan) pasti lebih tahu dari saya," ujarnya.
Sore itu, semak-semak tempat jasad Lopo ditemukan sudah bersih dan telah diberi garis polisi. Tidak tampak jejak-jejak darah di sana.
Jenazah Lopo, kata Fa, sudah dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk diotopsi, tak lama setelah kedatangan polisi pada siang hari.
Sehari sebelumnya, Rabu, 22 September 2021, kira-kira satu jam setelah magrib. Dua orang bertikai di kawasan Patoembak. Satu berinisial M, satu lagi berinisial A.
A disebut tersinggung karena M menggeber-geber sepeda motornya di kawasan Patoembak. Pertikaian cukup sengit. Kedua pihak enggan berbaikan.
M lalu memanggil teman dan kerabatnya dari Jakarta Selatan, termasuk I (28).
Baca juga: Pengakuan Tersangka Pembunuh Anggota TNI di Depok: Solidaritas Sesama Saudara
Konflik belum menemui ujungnya pada malam itu. Cekcok justru makin panas.
I menyerang A dengan pisau lipat. Paha A jadi sasaran hingga menderita luka sobek sekitar 15 jahitan.
Seorang anggota TNI kemudian didatangkan untuk menengahi keributan. Kabarnya, ia ditokohkan di komunitas ini. Namanya Yorhan Lopo, berpangkat sertu, bertugas di satuan Menzikon Pusat Zeni TNI AD.
I tak mengenal Lopo. Meski begitu, I menyambut kedatangan Lopo dengan tikaman pisau.
Baca juga: Tersangka Pembunuh Anggota TNI di Depok Juga Tusuk Seorang Warga
Lopo lari terbirit-birit mencari pertolongan di tengah kegelapan semak-semak yang tak berpenerangan jalan itu.
"Niatnya baik untuk melerai, tetapi secara spontanitas tersangka (I) langsung menusuk pisau tepat di dada sebelah kiri," kata Kapolres Metro Depok Kombes Imran Edwin Siregar pada Jumat (25/9/2021).
Kronologi keributan di atas merupakan hasil pemeriksaan polisi yang disampaikan oleh Imran kepada wartawan dalam konferensi pers di Mapolres Metro Depok pada Jumat siang.
Dalam konferensi pers itu, I sudah berbalut baju tahanan dengan borgol membelit kedua pergelangan tangannya. Ia ditangkap polisi pada Kamis malam.
"Barang bukti pisau, menurut keterangan tersangka, terjatuh. Jadi sekarang kami masih cari," ujar Imran.
I mengaku bahwa dirinya tak berencana membunuh Lopo, meskipun hasil pemeriksaan polisi menyebutkan bahwa I telah menyiapkan pisau ketika datang ke lokasi pertikaian.
Ia baru diberi tahu pada Kamis pagi, tak lama setelah jasad Lopo ditemukan, bahwa dirinya telah membunuh Lopo.
"Saya melihat dia (Lopo), karena masalah awal si inisial A memukul saudara saya inisial M," ujar I kepada wartawan di Mapolres Metro Depok, Jumat.
"Saya tidak ada masalah sama dia (Lopo). Waktu itu dia ada di TKP, jadi saya pikir mungkin mau maju untuk (menyerang)," lanjutnya, mengiakan bahwa tindakannya dilakukan secara spontan didorong oleh solidaritas antarsaudara.
Baca juga: Fakta Pembunuhan Anggota TNI di Depok, Niat Melerai Perkelahian tapi Berujung Tewas Ditusuk
I mengaku tidak tahu bahwa perbuatannya merenggut nyawa Lopo.
"Saya dalam keadaan sadar. Saya tusuk sekali saja di bagian dada sebelah kiri," kata I.
Kini, I ditahan di Mapolres Metro Depok. Ia terancam hukuman maksimum 15 tahun penjara, disangkakan Pasal 338 atau 351 KUHP oleh polisi.
Ia tampak terpuruk. Nada penyesalan terdengar setiap kali menjawab pertanyaan wartawan.
"Saya minta maaf, Bapak, untuk perlakuan saya kepada anggota Bapak," kata I kepada Kolonel Nurdihin, Komandan Menzikon Puziad, satuan tempat Sertu Lopo bertugas. Nurdihin datang ke Mapolres Metro Depok pada Jumat itu dan bertemu dengan I.
I juga menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga Lopo. Hanya itu yang bisa ia sampaikan.
"Terutama buat keluarganya, saya minta maaf, terima kasih."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.