Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seluruh SMP Negeri dan Swasta di Kota Tangerang Akan Gelar PTM pada 4 Oktober

Kompas.com - 26/09/2021, 19:11 WIB
Muhammad Naufal,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Tangerang berencana menggelar skema pembelajaran tatap muka (PTM) di seluruh SMP mulai 4 Oktober 2021.

Kabid Pembinaan SMP Dindik Kota Tangerang Eni berujar, sudah ada 100 SMP swasta maupun negeri yang menghelat PTM hingga saat ini.

Kemudian, pihaknya mengarahkan 48 SMP di wilayah tersebut untuk menggelar PTM pada Senin (27/9/2021) besok.

"Iya, besok jadi penambahan 48 SMP," ucap Eni melalui sambungan telepon, Minggu (26/9/2021).

Baca juga: 1.509 Sekolah di Jakarta Akan Gelar PTM Terbatas, Disdik DKI: Aman

Setelah menambah jumlah SMP yang menggelar PTM pada Senin besok, Dindik Kota Tangerang wacananya menambah lagi jumlah SMP yang menghelat skema serupa pada Senin (4/10/2021).

Dengan demikian, akan ada 51 SMP swasta dan negeri yang bakal menggelar PTM pada awal Oktober 2021 itu.

Hal itu menandakan bahwa pada awal Oktober 2021, seluruh SMP negeri dan swasta di Kota Tangerang sudah menggelar PTM.

"Kan ada total 199 SMP (di Kota Tangerang), kemudian besok ditambah 48 sekolah. Sisanya minggu depan (4 Oktober 2021)," urainya.

Eni mengungkapkan, jumlah SMP yang menggelar PTM ditambah karena praktik belajar tatap muka selama ini berjalan dengan lancar.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka di Jakarta Dihentikan 4 Hari karena Kegiatan ANBK

Berdasarkan evaluasi, tidak ditemukan adanya klaster Covid-19 di SMP yang menggelar pembelajaran di sekolah.

Dia berharap bahwa semua hal berjalan dengan lancar saat skema PTM digelar di seluruh SMP negeri atau swasta di Kota Tangerang

"Emang enggak ada pelanggaran selama ini. Mudah-mudahan semuanya lancar," harap Eni.

Meski demikian, Dindik Kota Tangerang belum mengarahkan SD untuk menerapkan skema serupa hingga saat ini.

Bahkan, dalam kurun waktu satu bulan ini, Dindik telah membatalkan pelaksanaan PTM jenjang SD sebanyak dua kali.

Alasannya, yakni khawatir bahwa klaster Covid-19 akan muncul saat SD menggelar skema belajar di sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com