Pernyataan itu disampaikan di sebuah rumah makan kepada wartawan, Senin.
Anggota ketujuh fraksi pun memang betul-betul tidak hadir pada rapat paripurna, karena menganggap rapat paripurna kemarin ilegal karena cacat prosedur.
Rapat paripurna akhirnya harus ditunda dua kali karena peserta rapat tak memenuhi kuorum 53 orang anggota Dewan, hanya dihadiri oleh 25 anggota Fraksi PDI-P dan 7 anggota Fraksi PSI.
Penundaan pertama satu jam, sedangkan penundaan kedua 10 menit.
Bahkan, 4 wakil ketua DPRD DKI Jakarta, M Taufik (Gerindra), Suhaimi (PKS), Misan Samsuri (Demokrat), dan Zita Anjani (PAN) juga mangkir, sesuai pernyataan sikap mereka.
Prasetio yang notabene politikus PDI-P jadi satu-satunya pimpinan Dewan yang hadir akhirnya memberi kesempatan rapat paripurna berlangsung dan mempersilakan anggota Dewan pengusul hak interpelasi, Jhonny Simanjuntak dari Fraksi PDI-P, untuk membacakan usulan resmi interpelasi di mimbar.
Namun, rapat paripurna tak menghasilkan keputusan apa-apa karena tak memenuhi kuorum, sehingga sidang ini akan dijadwalkan ulang lewat rapat Bamus kembali.
Baca juga: PSI Segera Kirim Surat ke Pimpinan DPRD DKI untuk Copot Viani Limardi sebagai Anggota Dewan
Selepas rapat paripurna, Prasetio memberikan komentar soal sikapnya tetap mengizinkan rapat paripurna berlangsung kendati tanpa keputusan.
"Kami kan minta pandangan juga ke teman-teman (anggota Dewan), apa sih usulannya. Saya sebagai pimpinan boleh dong tidak mengambil keputusan hari ini. Jadi boleh, karena enggak ada keputusan hari ini," kata Prasetio.
"Teman-teman yang masih di luar mudah-mudahan kita sepakat, mufakat yang baik. Kenapa, Bos, takut amat sama interpelasi," tambahnya.
Kubu pro menyayangkan kubu kontra menolak hadir di rapat paripurna. Hal itu disampaikan oleh Prasetio sendiri.
"Ada yang terima, ada yang tidak terima, tapi medianya adalah DPRD, bukan di restoran. Di sinilah tempatnya, ayo kita diskusi, ayo kita berdebat, jangan kita bermain di luar," sindir Prasetio.
"Saya juga bingung nih, kenapa mereka memberi pelajaran, terutama sahabat saya, M Taufik itu, memberikan masukan kepada junior-juniornya memakai parlemen jalanan," lanjut Prasetio.
Baca juga: Babak Baru Pemecatan Viani Limardi, Akan Gugat PSI Rp 1 Triliun
Dikonfimasi soal ini, M Taufik mengelak bahwa ia dan kawan-kawan telah membuat parlemen jalanan. Lagi-lagi, hal ini kembali pada saling klaim kebenaran dan saling tuduh ilegal.
"Yang jalanan itu siapa? Enggak dong. Yang jalanan itu yang langgar aturan, di mana-mana kan gitu," kata Taufik.