JAKARTA, KOMPAS.com - Riset terbaru Harian Kompas menemukan bahwa pekerja di Jakarta dengan gaji setara upah minimum provinsi (UMP) akan kesulitan membeli rumah di tahun-tahun mendatang.
Berdasarkan simulasi kredit pemilikan rumah yang dilakukan Harian Kompas didapatkan kesimpulan bahwa pekerja dengan gaji UMP (Rp 4,4 juta) hanya mampu membeli rumah seharga Rp 168-200 juta.
Perhitungan ini didasarkan pada cicilan maksimum yang bisa mereka bayar setiap bulannya yang senilai 35 persen dari gaji (Rp 1,5 juta).
Cicilan dibayar dalam jangka waktu 15 tahun, dan bunga tetap 8 persen per tahun.
Uang senilai Rp 168 juta saat ini hanya dapat membeli rumah kecil (maksimum tipe 36) di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Baca juga: Saat Milenial Jakarta Hanya Mampu Beli Rumah Kecil yang Jauh dan Minim Akses Transportasi
Sementara, kenaikan harga rumah kecil jauh lebih tinggi bahkan jika dibandingkan dengan kenaikan harga rumah besar.
Berdasarkan Indeks Harga Properti Residensial Bank Indonesia (IHPR BI) 10 tahun terakhir, harga rumah kecil di Jabodebek-Banten rata-rata meningkat 6,47 persen per tahun.
Sementara kenaikan harga rumah sedang (tipe 36-tipe 70) 4,45 persen pertahun dan rumah besar (lebih dari tipe 70) 2,72 persen pertahun.
Menggunakan data House Price Index (HPI) Bank BTN selama 3 tahun terakhir, diketahui laju kenaikan harga rumah non subsidi di kota penyangga Jakarta lebih tinggi dibandingkan Jakarta.
Laju HPI BTN secara tahunan di Bodetabek 6,2 persen per tahun sementara di Jakarta hanya 3,9 persen.
Baca juga: Cerita Milenial Jakarta yang Harus Tunda Beli Rumah karena Harganya Selangit
Niat Bondan untuk membeli sebuah rumah di kawasan Maja, Kabupaten Lebak, Banten, sudah bulat meski rumah tersebut berjarak 75 kilometer dari kantornya di Jakarta.
Pria 31 tahun ini memang harus berdamai dengan jarak agar bisa membeli rumah tapak sesuai kemampuan finansialnya.
Bondan membeli rumah tersebut dua tahun yang lalu dengan harga Rp 280 juta melalui angsuran selama 15 tahun.
Meski jauh dari Ibu Kota, Maja sebenarnya sudah dilengkapi dengan stasiun kereta komuter (KRL) yang bisa diakses untuk para pekerja Jakarta.
Hanya saja, saat ini kapasitas KRL dibatasi di tengah pandemi Covid-19.
Untuk menghindari risiko keterlambatan, Bondan kemudian rela mengendarai sepeda motor dan menempuh jarak 150 kilometer pulang-pergi setiap hari kerja.
Baca juga: Rumah Murah Makin Menjauh, Bondan Rela Tempuh 150 Km Sehari untuk Bekerja di Jakarta
Perjalanan itu menghabiskan waktu sekitar 5 jam. Meski demikian, ia sadar betul ini harga yang harus dibayar untuk mendapatkan rumah tinggal miliknya sendiri.
“Ya jauh sih, hitung-hitung touring,” ujarnya sambil terkekeh saat berbincang dengan Kompas akhir pekan lalu.
‘Pengorbanan’ serupa juga dialami oleh Anna (30), meski dalam kadar yang lebih ringan.
Karyawan swasta yang berkantor di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, ini memilih untuk pindah 20 km dari indekos di Jakarta Selatan ke Bambu Apus, Jakarta Timur, untuk mendapatkan rumah pertamanya.
“Hal yang dikorbankan adalah akses ke pusat kota. Dulu ketika? ngekos ke mana-mana dekat. Sekarang kerasa lebih jauh, ke kantor juga lebih? effort,” kata Anna? yang mulai menempati rumah tersebut awal September ini.
(Kompas.id/ M Puteri Rosalina, Satrio Wisanggeni, Albertus Krisna, Fransiskus Wisnu)
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Milenial Kian Sulit Gapai Rumah Impian”.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.