JAKARTA, KOMPAS.com - Penemuan kandungan parasetamol yang tinggi di Teluk Jakarta menambah panjang deretan kasus pencemaran di perairan tersebut.
Sebelumnya, masyarakat dihebohkan dengan adanya kandungan logam berat seperti merkuri dan timbal di wilayah pesisir Jakarta. Ini berdampak negatif pada populasi hewan laut, seperti ikan dan kerang.
Di pengujung tahun 2015, jutaan ikan mati karena keracunan fitoplankton atau alga merah. Ledakan fitoplankton terjadi karena laut tercemar unsur nitrat dan fosfat yang menjadi sumber makanan plankton.
Selain itu, nelayan mengeluhkan kondisi kerang hijau yang semakin kotor sehingga tidak layak konsumsi. Kerang hijau di Teluk Jakarta dipenuhi tritip atau kerang batu.
Peneliti Institut Pertanian Bogor, Etty Riani, menyebutkan, banyaknya tritip yang menempel di kerang hijau merupakan salah satu pertanda laut Jakarta telah tercemar merkuri.
Baca juga: Gaji Hanya Bertahan Sehari di Rekening, “Squid Game” Tecermin di Rumah Tangga Warga Ibu Kota
Menurut Etty, kerang hijau memiliki kemampuan membersihkan diri, tetapi pencemaran yang begitu dahsyat membuatnya tidak lagi mampu membersihkan diri, termasuk dari tritip.
“Pencemaran logam di Teluk Jakarta memang tinggi sekali. Pada kerang hijau, konsentrasi Hg (merkuri) saja sudah mencapai 40mg/kg lebih, padahal baku mutu konsumsinya hanya 1mg/kg," ujar Etty, seperti dilansir BBC.com.
Kaki Hasan, seorang nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, mengaku kesulitan membersihkan kerang-kerang hasil tangkapannya.
“Kita lagi susah sekarang. Kerangnya lagi susah dan kotor. Biasanya kalau bersih, enggak ada tritipnya,” ujar Hasan.
Tandek, nelayan lain dari Muara Angke, menyalahkan proyek reklamasi di Teluk Jakarta sebagai biang keladi pencemaran di perairan tersebut.
“Sekarang nyari kerang hijau sudah sulit, karena adanya reklamasi itu jadi buat ambil kerang harus ke tengah. Sekalinya ke tengah, banyak kerang yang kena limbah dan sudah pada mati,” ujarnya, dilansir dari Antara.
Sebelum ada reklamasi, Tandek mengatakan bahwa kampungnya menjadi sentra pengolahan hasil laut DKI Jakarta.
“Dulu pas belum ada reklamasi sama limbah pabrik itu, daerah sini pusatnya pengolahan kerang hijau,” bebernya.
Namun, kondisi pencemaran yang ada sekarang membuat produksi hasil laut berkurang drastis. Hal ini diamini oleh pengusaha pengolahan kerang hijau, Santi (42).
“Ya sekarang dapat sedikit karena reklamsi itu banyak kerang yang kena limbah. Jadi semoga pemerintah bisa menegur pabrik biar enggak buang limbah ke laut,” ujar Santi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.