Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerang Hijau dari Teluk Jakarta Mengandung Merkuri, Apa Bahayanya jika Dikonsumsi?

Kompas.com - 05/10/2021, 09:58 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

Sumber BBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Pencemaran di Teluk Jakarta bukanlah hal baru. Belakangan masyarakat dihebohkan dengan temuan kandungan paracetamol yang tinggi di perairan tersebut.

Sebelumnya, ditemukan pula kandungan logam berat dan senyawa kimia berbahaya lainnya di Teluk Jakarta yang berdampak buruk pada ekosistem laut.

Salah satu logam berat tersebut adalah merkuri yang ditemukan pada kerang hijau hasil tangkapan di Teluk Jakarta.

Peneliti di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Etty Riani, menyebutkan bahwa kerang hijau mampu menyerap logam berat dalam jumlah yang sangat tinggi.

Baca juga: Jeritan Nelayan Saat Teluk Jakarta Rusak akibat Limbah dan Proyek Reklamasi

Sehingga, setelah diteliti, ditemukan kandungan logam berat termasuk merkuri yang sangat tinggi per satu kerang hijau.

“Pencemaran logamnya memang tinggi sekali. Pada kerang hijau (di Teluk Jakarta), konsentrasi Hg (merkuri) saja sudah mencapai 40mg/kg lebih, padahal baku mutu konsumsinya hanya 1mg/kg," ujar Etty, dilansir BBC.com.

Hasil penelitian Etty sejalan dengan telaah Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Tidak hanya merkuri, peneliti LIPI Zainal Arifin bahkan menyebut "kerang hijau di Teluk Jakarta juga memiliki kandungan arsenik yang tinggi; 6,77, tiga kali lipat dari batas yang bisa dikonsumsi”.

Arsenik adalah metaloid atau logam yang terkenal beracun.

Baca juga: Penjelasan Peneliti tentang Asal Pencemaran Parasetamol di Teluk Jakarta

Amankah mengonsumsi kerang hijau dari Teluk Jakarta?

Merkuri bukanlah logam yang pencemarannya bisa dianggap sepele.

Catatan BBC.com, sejumlah masyarakat di kota Minamata, Kumamoto, Jepang, pada tahun 1950an menderita lumpuh, cacat fisik dan kanker karena memakan ikan yang tercemar logam berat itu.

Kerang hijau di Teluk Jakarta, menurut Etty, membawa ancaman serupa.

"Kami hitung analisis risikonya; kalau orang dewasa makan kerang itu, risiko kejadian kankernya baru berkurang kalau dia hanya makan satu ekor (kerang hijau) per sekali makan. Itu dengan asumsi bahan makanan lainnya tidak terkontaminasi logam berat."

Etty menegaskan, logam berat seperti merkuri tidak bisa dilepaskan dari tubuh kerang yang telah tercemar.

Baca juga: Saat Jutaan Ikan Mati Mendadak di Teluk Jakarta karena Pencemaran Limbah

"Kalau dia sudah terakumulasi (di tubuh kerang hijau), logam berat tidak akan bisa lepas. Karena logam berat ini terikat pada asam amino, pada gugus yang ikatannya kovalen dan bersifat irreversible (tidak dapat diubah). Tidak mampu lepas."

Meskipun begitu, Etty menekankan masyarakat tetap bisa memakan kerang hijau, "asalkan jangan yang berasal dari Teluk Jakarta" yang tercemar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Etty menyatakan, ditemukan bahwa pencemaran logam berat di Teluk Jakarta telah berlangsung lebih dari 10 tahun.

"Pencemarannya bahkan sudah mencapai Kepulauan Seribu".

Menurutnya, pencemar berasal dari banyaknya industri di Jakarta, khususnya pabrik barang elektronik, "yang masih menggunakan bahan merkuri dan membuang limbahnya ke sungai yang berujung ke Teluk Jakarta, tetapi tetap tidak ada tindakan pemerintah," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di BBC.com dengan judul “Tercemar merkuri, kerang hijau dari Teluk Jakarta ‘sebabkan kanker’”. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com