Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maraknya Manusia Silver Tanda Pemerintah Gagal Sediakan Ruang Publik dan Jamin Akses Lapangan Kerja

Kompas.com - 08/10/2021, 17:12 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kemunculan manusia-manusia silver kini marak dijumpai di jalanan perkotaan. Mereka rela mewarnai tubuhnya hingga mengilap, meskipun ada bahaya kesehatan yang mengintai.

Sosiolog Universitas Indonesia Daisy Indira Yasmine beranggapan bahwa fenomena ini bisa disebabkan oleh dua hal.

Pertama, kota semakin krisis ruang publik. Ruang-ruang sosial yang dapat mempertemukan warga dari segala kelas sosial sangat langka.

"Manusia silver sendiri sebenarnya bagian dari seni street performance (pertunjukan jalanan). Biasanya, street performace dilakukan di area-area publik di kota. Street performance sebenarnya juga bagian dari seni kota," ungkap Daisy kepada Kompas.com pada Jumat (8/10/2021).

Baca juga: Langgar Ketertiban Umum, Manusia-manusia Silver di Depok Dibawa Satpol PP

"Sebagai bentuk seni, sebenarnya manusia silver tidak perlu dilarang dan ditertibkan," tambahnya.

Jika ini menjadi akar masalahnya, maka pemerintah kota didesak untuk merancang pembangunan dengan memikirkan ketersediaan ruang-ruang publik.

Ruang-ruang publik ini harus inklusif, terbuka, dan dapat diakses semua warga.

Menciptakan ruang publik tak selesai dengan membangun taman atau menyediakan ruang terbuka, tetapi harus dengan perencanaan matang.

"Perbanyaklah area publik untuk menyalurkan street performance dengan perencanaan yang partisipatif, buat kurikulum pendidikan yang dapat mengakomodasi berbagai talenta, termasuk untuk mereka yang memiliki talenta sebagai pekerja seni," jelas Indira.

Tiada opsi untuk memilih nafkah

Akar masalah kedua yakni kemiskinan struktural. Seni ini menjadi alternatif bagi kalangan yang aksesnya terbatas pada lapangan kerja, khususnya kaum muda yang terimpit atau terasing secara struktur.

Mereka kesulitan mengakses pekerjaan karena sedari awal juga sudah miskin akses terhadap, misalnya, pendidikan formal.

"Manusia silver ini bukan sekadar seni tetapi menjadi alternatif lapangan kerja bagi sebagian warga kota, terutama mereka yang memiliki akses terbatas pada lapangan kerja lain," kata Daisy.

Baca juga: Pemkot Depok Kirim Manusia Silver yang Terjaring Razia ke Tempat Pelatihan Kerja

Fenomena manusia-manusia silver di perkotaan saat ini perlu diselisik lebih jeli, ucap Daisy, apakah memang upaya sporadis dari para seniman jalanan, atau mereka justru dipekerjakan lantaran tidak adanya lapangan pekerjaan lain yang bisa mereka akses.

"Perlu dicermati pengorganisasian dari manusia silver ini. Apakah memang murni pekerja seni atau lebih kepada mobilisasi? Apakah terjadi praktik eksploitasi di dalam pengorganisasian tersebut?" lanjutnya.

Oleh karena itu, langkah pemerintah merazia, menangkap, atau coba berbaik hati dengan memberikan pelatihan kerja, boleh jadi bukan solusi yang tepat untuk menjawab akar permasalahannya.

Baca juga: Marah dan Tendang Kotak Uang Manusia Silver, Kadinsos Tangsel Sebut Itu Shock Therapy

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com