Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Dukung Pemkot Tangerang Tambah Jumlah SMP Gelar PTM Terbatas walau Ada Temuan Kasus Covid-19

Kompas.com - 08/10/2021, 17:34 WIB
Muhammad Naufal,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang, Banten, hendak menambah jumlah SMP yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas meski ada 66 murid dan guru yang positif Covid-19 di sejumlah sekolah yang telah menggelar program serupa sebelumnya.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, Jumat (8/10/20210, mengatakan, langkah Pemkot Tangerang itu sudah tepat. Menurut dia, temuan murid dan guru yang terpapar di sejumlah SMP di Kota Tangerang bukanlah klaster Covid-19.

Dia justru mengarahkan agar Pemkot Tangerang melakukan rencana berkait penambahan jumlah SMP yang menggelar PTM.

Baca juga: 69 Peserta PTM Terbatas di Kota Tangerang Positif Covid-19, Penularan Disebut Bukan di Lingkungan Sekolah

Pandu mengemukakan, biasanya sumber penularan Covid-19 di antara murid SMP berasal dari luar sekolah, seperti keluarga atau tempat lain.

"Pengaruh terbesar itu dari masyarakat ke sekolah. Tapi dari sekolah ke masyarakat kecil kemungkinannya," katanya.

Dia menyebutkan, penambahan jumlah SMP yang menghelat PTM dapat tetap dilakukan karena Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyiapkan standar operasi prosedur PTM dengan baik.

Menurut Pandu, proses penambahan sekolah yang menggelar PTM dilakukan secara bertahap di Indonesia, berbeda dengan proses penambahan sekolah di luar negeri.

"Kita (Indonesia) bertahap, kita menyiapkan, ada persyaratan sekolah mau buka itu gimana. Bahkan kalau orangtuanya tidak setuju dibuka, tidak akan ada PTM. Semua dilibatkan," urai dia.

Pandu mengatakan, jika ada lonjakan kasus Covid-19 di SMP, hal itu tidak akan memengaruhi positivity rate se-Kota Tangerang. Justru, jika positivity rate di Kota Tangerang tinggi, itu akan memengaruhi jumlah kasus Covid-19 di sekolah.

"Kalau di populasinya masyarakat Kota Tangerang positivity rate-nya tinggi, nah itu bisa berpengaruh ke sekolah. Tapi sekolah enggak mungkin ngaruh (ke masyarakat)," tuturnya.

"Anak sekolah yang beraktivitas kan enggak banyak," sambung dia.

Pandu menilai, Pemkot Tangerang yang mewacanakan untuk menutup satu kelas yang terdapat murid positif Covid-19, merupakan langkah yang bagus. Masih menurut dia, penutupan sebuah sekolah saat hanya ada satu siswa yang terpapar Covid-19 justru merugikan murid-murid yang lain.

"Jangan merugikan anak lain yang enggak tahu apa-apa. Ada 1-2 murid positif, kemudian sekolah ditutup. Kasihan, karena untuk memulai lagi itu tidak mudah, sudah ada psychological trauma," urainya.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang mencatat 69 orang yang terlibat dalam PTM terbatas di terpapar Covid-19. Jumlah tersebut muncul berdasarkan hasil skrining tes PCR yang dilakukan 29 September-3 Oktober 2021 di sejumlah SMP yang menggelar PTM terbatas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com