“Kami ingin setelah direhabilitasi mereka bisa menjadi manusia mandiri dan tidak kembali lagi ke jalan,” ujar Nita.
Masalah struktural
Sosiolog Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine mengatakan bahwa kebijakan tersebut cenderung mendikte dan belum tentu sesuai dengan kebutuhan mereka.
"Ini metode yang kurang partisipatif, dan cenderung deterministik," kata Daisy kepada Kompas.com pada Jumat (8/10/2021).
"Yang perlu dilakukan adalah berusaha memahami kebutuhan mereka," tambahnya.
Daisy mengatakan, fenomena manusia-manusia silver dan pengamen jalanan merupakan muara atas sedikitnya 2 permasalahan.
Baca juga: Langgar Ketertiban Umum, Manusia-manusia Silver di Depok Dibawa Satpol PP
Pertama, merupakan bentuk seni pertunjukan jalanan alias street art performance perkotaan, fenomena khas perkotaan yang seharusnya direspons oleh pemerintah dengan menyediakan ruang-ruang publik.
Kedua, seni ini menjadi alternatif bagi kalangan yang aksesnya terbatas pada lapangan kerja, khususnya kaum muda yang terhimpit atau terasing secara struktur.
Mereka kesulitan mengakses pekerjaan karena sedari awal juga sudah miskin akses terhadap, misalnya, pendidikan formal.
"Maka, pelatihan usaha tanpa diikuti dengan akses ke modal dan ruang usaha juga akan menjadi ritual semata bagi mereka (manusia-manusia silver dan pengamen)," kata Daisy.
Satpol PP menegaskan bahwa menurut Perda tadi, khususnya Pasal 18 ayat 4, warga Depok dilarang bersedekah kepada PPKS di jalan, simpang lampu merah, di dalam angkutan umum, jembatan penyebrangan dan area perkantoran.
"Kami ingatkan kepada masyarakat untuk berperan aktif menjaga ketertiban umum. Selain itu tidak memberikan apa pun kepada PPKS karena tidak mendidik dan juga melanggar ketentuan perda," sebut Lienda.
Baca juga: Sejumlah Manusia Silver dan Pengemis Diamankan Satpol PP Sawah Besar
Namun, masalah yang sebetulnya lebih rumit daripada itu. Apalagi, masalah kemiskinan semakin kusut gara-gara pandemi Covid-19.
"Di Kota Depok saja berdasarkan data terkonfirmasi ditemukan 200 manusia silver yang melibatkan anak balita, bayi, dan ibu. Dari data yang dikumpulkan dari berbagai sumber manusia silver, banyak bermunculan manusia silver di Depok disebabkan merebaknya pandemi Covid-19," ungkap Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, dalam keterangan tertulis pada 27 September 2021 lalu.
"Banyak anggota masyarakat Depok yang semula berprofesi sebagai pemulung, sopir angkot dan pedagang kaki lima terpaksa berpindah profesi sebagai keluarga manusia silver," ia menambahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.