Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Klaster Pesantren Babussalam Depok, 46 Penghuni Positif Covid-19 hingga Diduga Berawal dari Santri Cuti

Kompas.com - 22/10/2021, 05:43 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Sebanyak 46 penghuni Pondok Pesantren Babussalam, Mekarsari, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, dilaporkan positif Covid-19.

Namun, perlu digarisbawahi, hal ini tidak terkait dengan dibukanya pembelajaran tatap muka (PTM) karena kegiatan belajar-mengajar di pondok pesantren sudah dibuka lebih dulu.

Berikut Kompas.com rangkum empat fakta yang sejauh ini diketahui soal temuan klaster ini:

1. Seisi pondok pesantren sudah tes

Camat Cimanggis Abdul Rahman memastikan bahwa seluruh penghuni Pondok Pesantren Babussalam sudah menjalani tes PCR.

Hasil 46 kasus positif Covid-19 yang ditemukan merupakan hasil dari tes seluruh penghuni.

"Santri SMP 182 orang dan pengajar serta pegawai 71 orang," kata pria yang akrab disapa Abra kepada Kompas.com, Kamis (21/10/2021).

Baca juga: Muncul Klaster, 46 Kasus Covid-19 di Pondok Pesantren di Depok

"Sudah kami lakukan swab semua. Kami tidak mau parsial sejak ditemukan (kasus Covid-19). Semua aktivitas kami hentikan dan alhamdulillah mereka mau, baik itu pengajar, guru, pengasuh, tukang kebun, satpam, termasuk siswanya," jelasnya.

2. Diduga berawal dari santri cuti

Abra menyebutkan bahwa temuan ini berawal dari laporan wali santri bahwa ada salah satu santri yang positif Covid-19 setelah pergi cuti.

"Pertama itu terjadi sekitar tanggal 12 Oktober 2021. Ada laporan dari wali santri dari pihak Babussalam bahwa ada yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah mereka melakukan semacam cuti keluar dari pesantren," jelasnya.

Baca juga: 46 Penghuni Pesantren Babussalam Depok Positif Covid-19, Pembelajaran Dihentikan Sementara

"Hari itu dilakukan PCR oleh puskesmas, keluar hasil tanggal 17 Oktober untuk kelas VIII, terdapat 17 orang yang positif. Lalu, untuk kelas VII dan VIII serta kru, pengajar, dan segenap pengasuh di Babussalam dilakukan swab lagi, dari mereka ada hasil tambahan lagi 29, jadi totalnya 46 yang positif," jelas Abra.

3. Tidak bergejala

Abra menyebutkan bahwa mereka merupakan orang tanpa gejala (OTG). Mereka semua dikarantina di mess pondok pesantren yang disebut cukup luas untuk menampung ratusan penghuni.

"Iya (dikarantina di mess) karena tidak bergejala. Tidak ada yang masuk rumah sakit," kata dia.

"Tapi komunikasi terus-menerus antara pengasuh dan puskesmas untuk pemantauan ya hari per hari," lanjutnya.

4. Pembelajaran dihentikan sementara

Akibat temuan klaster ini, aktivitas belajar-mengajar di Pondok Pesantren Babussalam dihentikan sementara, meskipun semua santri masih ada di dalam kawasan pondok secara terpisah.

"Sementara kami hentikan, sampai dengan berakhirnya masa karantina," ujar Abra.

"Tapi kalau mereka mau menggunakan daring ya kami persilakan," lanjutnya.

Baca juga: 46 Penghuni Pesantren Babussalam Depok Positif Covid-19, Semua Tanpa Gejala dan Isolasi di Ponpes

Sejauh ini, 17 penghuni yang pertama kali terkonfirmasi positif Covid-19 telah menjalani hari kesembilan isolasi. Sementara itu, 29 penghuni lain baru menjalani isolasi untuk 10 hari ke depan.

"Tidak ada yang masuk rumah sakit. Kemudian terkait dukungan, semua logistik kami berikan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilege' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilege" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang untuk Makan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com