TANGERANG, KOMPAS.com - Sejumlah penumpang bus di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang, menyatakan berkeberatan dengan wacana wajib membawa hasil tes PCR bagi seluruh penumpang moda transportasi.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Pusat berencana untuk menerapkan syarat wajib tes PCR kepada seluruh calon penumpang moda transportasi guna mencegah kenaikan kasus positif Covid-19.
Intan (30), seorang penumpang bus, mengaku berkeberatan dengan kewajiban membawa hasil PCR negatif Covid-19 karena harga tes yang tergolong mahal.
Baca juga: Penumpang Moda Transportasi Wajib PCR, PO Bus di Terminal Poris Plawad Berkeberatan
"Dari sisi warga, Rp 495.000 itu mungkin pada berat, mending beli beras. Dibanding PCR, masih mending tes antigen yang harganya Rp 99.000-an," ucapnya saat ditemui, Rabu (27/10/2021).
Menurut Intan juga, saat kewajiban soal penumpang seluruh moda transportasi khususnya penumpang bus diterapkan, maka jumlah penumpang bus bakal menurun.
"Kalau nanti benar-benar pakai (syarat sertakan) PCR, ini pasti sepi nih. Orang enggak ada yang beli tiket bus, namanya ngebunuh rezeki orang," tutur dia.
Baca juga: Wasekjen PKB: Tes PCR Rp 300.000 Murah bagi Menteri, bagi Rakyat Berharga
Intan berujar, untuk meminimalisasi penularan virus Covid-19 di bus, maka syarat yang diterapkan adalah penumpang wajib sudah divaksinasi Covid-19.
Selain itu, pemerintah juga cukup meningkatkan pengawasan dan edukasi soal protokol kesehatan, utamanya penggunaan masker.
"Kalau mau benar-benar orang untuk menghidari Covid-19 ya pakai masker dengan benar dan vaksinasi. Pas pakai masker juga enggak boleh megang mata, mulut, dan hidung," urai Intan.
Baca juga: Kapan Syarat PCR untuk Penumpang Semua Moda Transportasi Berlaku? Ini Penjelasan Satgas
Dia berharap Pemerintah Pusat dapat meninjau kembali wacana penumpang moda transportasi diwajibkan membawa hasil tes PCR.
Penumpang lain, Pieter (28), merasa berkeberatan dengan aturan soal wajib bawa tes PCR itu karena ekonomi saat ini sedang lemah.
Menurut dia, syarat khusus bagi penumpang bus cukup menunjukkan kartu vaksinasi Covid-19 saja.
"Wajib tes PCR sih keberatan ya, apa lagi bagi orang kecil. Sekarang juga ekonominya lagi lemah. Cukup kaeti vaksin saja menurut saya, enggak usah PCR," papar Pieter saat ditemui, Rabu.
Dia juga berharap agar Pemerintah Pusat mampu meninjau ulang wacana itu.
"Perlu ditinjau ulang, jangan sampai orang terbebani dengan syarat-syarat," harapnya.
David (32), juga menyatakan berkeberatan jika penumpang bus wajib membawa hasil tes PCR.
Pasalnya, menurut David, penumpang bus merupakan masyarakat yang tergolong berekonomi menengah ke bawah.
"Gini sebenarnya enggak apa-apa penumpang bawa hasil tes PCR. Tapi itu jadi opsi. Jadi penumpang bus bisa milih antara antigen atau PCR," kata David saat ditemui.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengungkapkan, pemberlakukan tes PCR untuk semua moda transportasi bisa dilakukan jelang masa libur Natal dan Tahun Baru.
Luhut bilang, agar tidak terlalu membebani masyarakat yang melakukan mobilisasi, maka pemerintah akan berupaya agar harga tes PCR bisa diturunkan lagi menjadi Rp 300.000.
Soal banjir kritik terkait kebijakan PCR yang dianggap memberatkan penumpang pesawat udara, terang Luhut, bahwa syarat bepergian tersebut diberlakukan karena adanya kenaikan kasus di banyak negara.
Menurut Luhut, banyak negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, namun angka penularannya juga terbilang tinggi. Sehingga pemerintah dirasa perlu mewajibkan tes PCR untuk penumpang pesawat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.