Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Tes PCR Kini Rp 275.000, Warga: Kalau Bisa Murah, Kenapa Dulu Harganya Mahal Banget?

Kompas.com - 28/10/2021, 10:45 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menurunkan batas biaya tertinggi tes polymerase chain reaction (PCR).

Batas biaya tertinggi tes PCR di Jawa-Bali Rp 275.000 dan Rp 300.000 untuk daerah di luar dua pulau itu. Ketentuan ini berlaku mulai Rabu (27/10/2021).

Sejumlah masyarakat pun memberikan tanggapan beragam terkait kebijakan baru tersebut.

Seperti Ice Dessy (31), karyawan swasta di Jakarta ini kerap bolak-balik Jakarta Medan untuk menemui orangtuanya.

Dia merasa senang sekaligus jengkel dengan adanya kebijakan penurunan harga PCR ini.

Baca juga: Wajib Tes PCR, Jumlah Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Menurun

"Ada senangnya, tapi banyakan jengkelnya. Senang karena berikutnya harga PCR sudah turun, kesalnya karena ngerasa dipermainkan aja selama ini," kata Ice kepada Kompas.com, Kamis (28/10/2021).

"Kalau bisa murah dan hasilnya bisa keluar cepat, kenapa dulu-dulu harganya mahal banget dan hasilnya juga harus nunggu beberapa hari dulu," sambungnya.

Ice diketahui pada awal Oktober ini melangsungkan perjalanan dari Jakarta ke Medan dengan biaya PCR sebesar Rp 400.000.

Ice bercerita, pada Mei 2021 lalu, dirinya sempat merasakan harus membayar biaya PCR dengan harga di atas Rp 1 juta.

"Waktu itu orangtua saya pas mau opname di bulan Mei 2021. Saat itu harganya dibuat beda-beda, kalau mau keluar dalam 24 jam harganya Rp 2,2 juta kalau 48 jam Rp 1,8 juta," tutur Ice.

Baca juga: Wagub DKI: Jakarta Segera Merespons Penurunan Biaya Tes PCR Jadi Rp 275.000

Karena orangtuanya sedang sakit, Ice pun memilih hasil tercepat dengan biaya jutaan agar segera sampai ke Medan.

Oleh sebab itu, Ice berharap pemerintah bisa lebih bijak dalam menentukan harga PCR.

"Kalau memang tujuannya menekan mobilitas warga, seharusnya bukan dengan harga-harga tinggi. Tapi membuat peraturan yang jelas dan tegas dalam pelaksanaannya," ucap Ice.

Sementara Ellyzabeth (28), karyawan swasta di kawasan Blok M Jakarta Selatan ini juga mengaku kesal dengan perubahan harga PCR.

Pasalnya, Lisa sapaan akrabnya, yang saat ini sedang berada di Bali, sudah kadung memesan tes PCR dengan harga Rp 400.000 untuk kembali ke Jakarta Sabtu ini.

"Nah yang tiket balik ke Jakarta ini, saya juga sudah ambil voucher dengan Klinik di sini buat PCR hari Jumat, ini masih harga Rp 400.000," ucap Lisa.

Rencananya, Lisa akan mendatangi klinik tersebut untuk menanyakan apakah dirinya bisa melakukan refund terhadap voucher tes PCR yang sudah dipesannya atau tidak.

Meski demikian, Lisa tetap bersyukur bahwa biaya tes PCR selanjutnya bisa lebih murah.

Menurut Lisa, kebijakan tersebut bisa membantu perekonomian daerah kawasan wisata.

"Kalau bisa harganya bisa lebih diturunin, sehingga banyak orang yang merasa safety dan bisa berpergian kembali dan menghidupkan perekonomian daerah yang sangat membutuhkan wisatawan," ujarnya.

Lain halnya dengan Rini (27). Warga Bintaro, Tangerang Selatan ini menganggap kebijakan itu baik namun terlambat.

"Itu hal yang bagus sih, karena akhirnya lebih murah lagi tapi menurut saya ini tuh telat banget menurunkan harga PCR sekarang," kata Rini.

Menurut Rini, seharusnya pemerintah bisa menurunkan harga PCR ketika kasus Covid-19 meningkat pada Juni lalu.

"Dulu itu pas kasus tinggi tingginya, harganya telalu mahal sampai jadi pertimbangan orang untuk PCR karena uangnya terbatas," tutur Rini

"Jadi mau enggak mau antigen, yang mana pada saat itu antigen akurasinya masih kurang dibanding PCR," lanjutnya.

Rini sendiri pada Juni lalu melakukan tes PCR dengan harga Rp 900.000 karena mengalami gejala Covid-19.

Rini merasa pada saat itu biaya yang dia keluarkan untuk tes PCR terbilang sangat mahal

"Saya PCR bulan Juni karena merasa saya punya gejala Covid-19, kayak demam, badan nyeri dan flu," ucapnya.

"Itu super mahal banget untuk penyakit yang belum saya tahu kan, ternyata hasilnya negatif," tambah Rini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com