"Saya beli dari distributor, bukan agen, itu emang udah dari sananya sudah naik," kata dia.
"Ya harapannya biar pemerintah bisa lah nurunin harganya, kasihan pedagang. Apalagi minyak kan bahan pokok ya," harapnya.
Bimo (30), mengaku setiap harinya hanya dapat menjual satu dus berisikan enam minyak goreng satu liter per hari usai harga bahan pokok itu melonjak.
Harga minyak goreng satu liter dia jual Rp 19.000, sedangkan sebelumnya Rp 14.000.
Saat harga minyak goreng masih normal, Bimo mampu menjual tiga dus berisikan enam minyak goreng satu liter per hari.
"Ngaruh banget ke pembeli, berkurang (pembelinya)," paparnya saat ditemui.
Dia mengaku, minyak goreng yang dijual mengalami kenaikan harga secara bertahap, hingga saat ini sudah menyentuh Rp 19.000.
Bimo sendiri tidak mengetahui alasan harga minyak goreng dapat melonjak.
"Wah enggak tau saya, saya beli di agen, itu emang udah naik sih," kata dia.
Bimo berharap pemerintah mampu menurunkan harga minyak goreng sehingga jumlah pembeli dapat kembali normal.
Diberitakan sebelumnya, harga minyak goreng melonjak pada akhir Oktober 2021. Lonjakan harga minyak goreng tersebut terjadi di berbagai daerah.
Pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mengungkapkan, kenaikan harga minyak goreng disebabkan adanya kekurangan pasokan akan minyak nabati (oils) dan minyak hewani (fats) di pasar global.
"Pandemi ini membuat suasana lapangan produksi semua serba tak jelas. Produksi minyak nabati dan minyak hewani semua menurun dibandingkan dengan produksi di tahun sebelum adanya pandemi. Intinya, seperti hukum ekonomi, di mana antara supply dan demand terjadi kepincangan maka pasokan dunia sangat berkurang," ujar Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/10/2021).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.