Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut Anies Harusnya Fokus Perbaiki Kapasitas Drainase, Bukan Target 6 Jam Banjir Surut

Kompas.com - 02/11/2021, 20:16 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mengkritik cara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menangani banjir di Ibu Kota dengan menargetkan banjir bakal surut dalam waktu 6 jam.

Menurut Yayat, Anies seharusnya memahami bahwa hujan yang disebabkan perubahan iklim semakin tidak terukur, sementara curah hujan akan cenderung lebih tinggi dari sebelumnya.

Karena itu, curah hujan tinggi diprediksi akan melebihi kapasitas drainase di Jakarta yang saat ini hanya mampu menampung hujan 100 milimeter per hari dan akan menyebabkan terjadinya banjir.

"Tinggal hitung saja, sekarang ketika kita ketahui curah hujannya curah hujan ekstrem, (sedangkan) kita tahu bahwa kapasitas tata air dan drainase kita (hanya menampung curah hujan normal). Ya jelas lah air itu akan melimpas ke mana-mana," kata Yayat saat dihubungi melalui telepon, Selasa (11/2/2021).

Baca juga: Anies: Kalau Aliran Sungai Tidak Turun, Otomatis Banjir Terus Terjadi

Yayat mengatakan, tingginya intensitas hujan di Jakarta tidak bisa dijadikan alasan untuk memaklumi banjir.

Karena semestinya Jakarta bisa mengantisipasi hal tersebut dengan memperbaiki sistem drainase yang saat ini berkapasitas curah hujan normal.

Namun, yang terjadi, kata Yayat, justru sistem drainase di Jakarta semakin "acak adul", terutama di kawasan padat penduduk.

"Contohnya di pemukiman yang hampir sepertiga kawasan kumuh padat. Lihat struktur rumah dan drainasenya, begitu hujan air melimpas ke jalanan dan di gang-gangnya, akhirnya jalan-jalan jadi sungai," tutur dia.

Baca juga: Wagub DKI: Kita Hadapi Perubahan Iklim, Banjir Tak Bisa Selesai 1-2 Periode Pemerintahan

Yayat meminta agar Pemprov DKI Jakarta mencontoh drainase yang dibangun di jalan-jalan tol yang ada di sekitar Jakarta.

Menurut dia, genangan yang ada di jalan tol sulit ditemukan karena sistem drainase mulai dari tali air hingga pembuangan yang mengalir ke sungai sudah diatur dengan baik.

"Jadi kalau misalnya ada genangan (dalam waktu) satu dua jam genangan, berarti ada sistem drainase yang tidak bekerja," tutur Yayat.

Selama drainase dan badan air tidak diperbesar kapasitasnya, menurut Yayat, Jakarta akan selalu terendam banjir ketika curah hujan ekstrem menerjang.

"Harus ada drainase yang ditata ulang, dia memperbaiki di mana drainase yang mampet atau belum dikeruk," tutur dia.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan banjir di DKI Jakarta bisa dipastikan akan terjadi jika curah hujan berada di atas 100 milimeter per hari.

Karena daya tampung drainase di Jakarta yang hanya mampu menampung curah hujan di bawah 100 milimeter per hari, otomatis air yang tidak tertampung akan melimpas dan menjadi banjir.

Begitu juga dengan badan air di sungai-sungai di DKI Jakarta. Anies mengatakan apabila air yang melewati sungai lebih banyak dibandingkan kapasitas sungai, bisa dipastikan daerah bantaran akan terendam banjir.

"Kalau aliran sungainya tidak turun-turun, maka otomatis banjirnya akan terus terjadi," tutur dia, Selasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com