JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pembinaan (BP) BUMD Provinsi DKI Jakarta mengakui bahwa ada masalah dalam prosedur pengawasan yang ditengarai jadi sebab di balik sejumlah kecelakaan bus transjakarta belakangan ini.
Kepala BP BUMD DKI Jakarta, Riyadi, mengakui bahwa manajemen PT Transjakarta perlu dievaluasi.
"Bukan hanya manajemennya, termasuk SOP-nya juga dievaluasi. Kalau tidak dievaluasi nanti (terjadi) kecelakaan lagi," kata Riyadi kepada wartawan, Kamis (4/11/2021).
"Nanti ada mekanismenya. Masih proses, ya," ujarnya ketika ditanya bagaimana cara memastikan agar prosedur pengawasan dapat dilakukan lebih ketat.
Baca juga: Fakta Baru Kecelakaan Transjakarta di Cawang: Sopir Bus Epilepsi karena Tak Minum Obat
Dalam kasus kecelakaan maut yang menewaskan 2 orang di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, polisi berkesimpulan bahwa sopir bus Transjakarta diduga mengalami epilepsi tatkala mengemudi.
Alih-alih menginjak pedal rem, sopir diduga malah terus menginjak pedal gas hingga bus melaju 60 km/jam dan menubruk bus di depannya.
Berdasarkan hasil tes urin, olisi menduga kuat bahwa sebelum masuk kerja pada hari itu, sopir Transjakarta tersebut tidak mengonsumsi obat epilepsi.
Riyadi mengaku tak dapat berkomentar banyak soal riwayat kesehatan sopir tersebut, tetapi dia menggarisbawahi betul soal pemeriksaan kesehatan yang seharusnya dilakukan dengan benar oleh manajemen PT Transjakarta.
"Kami sudah sampaikan ke direksi. Jadi ke depannya saya kira tiap pengemudi sebelum berangkat dicek kesehatannya. Ngantuk atau enggak, capek atau enggak," jelas Riyadi.
"Ini kan mungkin karena pengawasan. Ya ada (pengawasan) tapi mungkin intensitasnya tidak sering," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.