Anwar menambahkan, tujuan penyodetan itu adalah ketika waduk dikuras, buangan air mengalir ke Kali Sunter. Kemudian ketika Jakarta sedang hujan, pintu air ditutup.
“Waduk Tiu dapat menampung (air), sehingga debit airnya tidak terlalu besar ke Kali Sunter hulu maupun Cipinang," ujar Anwar.
Namun, saat banjir pada Senin lalu, Yusmada Faizal mengatakan bahwa curah hujan tinggi sehingga Waduk Tiu ikut meluap.
"Kalau Waduk Tiu siaga 1, ya potensi tergenang (Cipinang Melayu). Curah hujannya juga terlalu besar, tercatat 142 milimeter/hari," kata Yusmada.
Pada Februari lalu, Ketua RW 04 Cipinang Melayu, Irwan Kurniadi, sempat meminta pemerintah agar segera menormalisasi Kali Sunter.
"Saya mohon untuk pemerintah pusat maupun daerah untuk menormalisasi Kali Sunter, jangan ditunda-tunda lagi," kata Irwan saat.
Belakangan, Pemprov DKI mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk pembebasan lahan dalam rangka normalisasi sungai dan waduk guna mencegah banjir di Ibu Kota. Cipinang Melayu masuk dalam daftar itu.
Namun hingga kini, proyek normalisasi sungai di kawasan itu tampak belum berjalan. Pembebasan lahannya juga belum tahu sudah sejauh mana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.