Ada pula sebuah televisi yang diletakan di atas lemari plastik, dan juga penanak nasi di atas bangku kayu.
Semuanya masih berada di tempat yang lebih tinggi, untuk menghindari genangan air yang akan kembali masuk ke rumah.
Belum lagi, ketika air masuk, banyak hewan seperti kelabang dan kecoa mulai bermunculan dan membuat mereka tak bisa tidur.
"Ini musim banjir ini banyak macam-macam, kelabang pada keluar semua, kalajengking, yang paling banyak itu ya kelabang, apalagi kecoa. Kalau malam tuh banyak jadi air masuk pada keluar semua binatangnya," ucap Muklas.
"Yang ngeri kalau tidur tuh kelabang doang, takut masuk ke tubuh kita, masuk ke telinga gitu, jadi terpaksa, enggak tidur, daripada kita kemasukan kelabang," tambahnya.
Muklas juga pernah mengungsi di rumah rekannya di kawasan Muara Karang. Namun kala itu, beberapa barang Muklas hilang saat ditinggal karena banjir.
Muklas pun memilih bertahan, sementara sang istri sedang mengungsi di rumah kerabat.
Tak hanya hilang dicuri orang, barang-barang ekeltronik Muklas seperti kulkas juga rusak akibat terendam banjir.
Saat ditanya apa alasannya bertahan dalam kondisi tersebut, Muklas mengaku tidak punya biaya untuk mengurus perpindahannya.
Apalagi, penghasilannya sebagai tukang es kelapa di masa pandemi ini turun drastis.
"Iya enggak pindah sekarang mau pindah, pindah ke mana? Kita butuh usaha kalau pindah umpamanya ngontrak, kita butuh biaya lagi, nyari duit lagi susah begini," keluh Muklas.
Dalam satu hari, Muklas mendapat penghasilan Rp 300.000 dengan keuntungan sebesar Rp 60.000.
Sementara harga sewa rumah yang dia tempati senilai Rp 800.000 per bulannya.
Muklas hanya bisa pasrah dan tetap berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya meski harus bertahan kala banjir rob melanda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.