Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/11/2021, 06:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Ismail Marzuki bukanlah sosok yang asing di Indonesia. Dia tumbuh besar Jakarta dan kemudian dikenal sebagai maestro di bidang musik.

Ismail tinggal di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Di sana, ayahnya, Marzuki memiliki bisnis bengkel mobil.

Semasa hidupnya, Ismail Marzuki menghasilkan ratusan karya, baik hasil ciptaannya sendiri ataupun lagu yang ia aransemen ulang.

Baca juga: Mengenal Ismail Marzuki, Tokoh Betawi Asli yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Beberapa di antaranya adalah Rayuan Pulau Kelapa, Halo-halo Bandung, Mars Arek-arek Surabaya, Indonesia Tanah Pustaka, dan Gugur Bunga di Taman Bhakti.

Sang maestro meninggal pada 25 Mei 1958 karena sakit paru-paru. Ismail mengembuskan napas terakhirnya di pangkuan sang istri dengan disaksikan anak semata wayangnya, Rachmi Aziya (71).

Di Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November, Rachmi mengenang ayahnya sebagai sosok yang menjadi panutan hidupnya.

"Pak Ismail itu orang yang disiplin. Kalau misalnya ada tamu pas dia tidur, dia enggak mau ketemu. Kalau mau ketemu, ya nanti pas bangun," kata Rachmi saat ditemui di rumahnya di kawasan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (10/11/2021) sore.

Bagi Rachmi, Ismail adalah ayah yang terbaik. Sosok Ismail bagi Rachmi bisa dicontoh oleh anak-anak masa kini.

"Dia itu sayang sama keluarga, saudara, dan kerabatnya. Disiplin dipakai sekali," ujar Rachmi.

Ismail selalu menanamkan sikap jujur kepada anak semata wayangnya. Prinsip Ismail Marzuki yang diingat Racmi adalah soal kebaikan.

"Jangan berbohong. Apa yang ditanam, itu yang dituai. Itu kata bapak," tambah Rachmi.

Anak kandung maestro Ismail Marzuki, Rachmi Aziya (71) saat ditemui di rumahnya di kawasan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat pada Rabu (10/11/2021) sore.KOMPAS.cm/WAHYU ADITYO PRODJO Anak kandung maestro Ismail Marzuki, Rachmi Aziya (71) saat ditemui di rumahnya di kawasan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat pada Rabu (10/11/2021) sore.

Rachmi ingat menjalani masa-masa hidup bersama ayah dan ibunya bukan sebagai keluarga yang berada. Dulu, Ismail Marzuki bersama istri dan Rachmi tinggal di sebuah rumah di kawasan Kampung Bali, Tanah Abang.

Di hari libur, Ismail kerap mengajak Rachmi jalan-jalan naik motor atau sepeda ke Lapangan Ikada atau kini dikenal dengan Lapangan Monumen Nasional (Monas). Ia dibelikan es alpukat dan dibiarkan berlari-lari di lapangan.

"Pak Ismail duduk di bawah pohon beringin. Mungkin cari inspirasi lagu," kata Rachmi.

Rachmi sangat mengingat didikan ayahnya. Bersyukur dan legowo adalah nilai-nilai hidup yang ia warisi dari Ismail Marzuki meski hidupnya kerap susah di waktu kecil.

Pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2004, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ismail Marzuki.

"Ismail Marzuki itu ya pahlawan musik, pahlawan rumah tangga, pahlawan segala-segalanya. Ya pastinya bukan pahlawan perang," ujar Rachmi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Rute dan Jadwal Bus Citra Raya Tangerang 2023

Rute dan Jadwal Bus Citra Raya Tangerang 2023

Megapolitan
Hari Ozon Sedunia, Pemadaman Lampu di Jakarta Juga untuk Mengedukasi Warga soal Emisi Karbon

Hari Ozon Sedunia, Pemadaman Lampu di Jakarta Juga untuk Mengedukasi Warga soal Emisi Karbon

Megapolitan
Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto 'Prawedding' Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto "Prawedding" Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Megapolitan
Klarifikasi Maxim Soal 'Suspend' Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Klarifikasi Maxim Soal "Suspend" Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Megapolitan
Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Megapolitan
Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Megapolitan
'Vibes' Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

"Vibes" Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

Megapolitan
Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Megapolitan
Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Megapolitan
Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Megapolitan
Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, 'Vibes' Jepang Pun Hilang...

Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, "Vibes" Jepang Pun Hilang...

Megapolitan
Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Megapolitan
Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Megapolitan
Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Megapolitan
Bersedia Pindah ke Rusun Nagrak, Warga Kampung Bayam Ajukan Syarat ke Pemprov DKI

Bersedia Pindah ke Rusun Nagrak, Warga Kampung Bayam Ajukan Syarat ke Pemprov DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com