JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini, wartawan Harian Kompas Stefanus Ato mengikuti keseharian penagih utang (debt collector) yang ternyata cukup menantang maut.
Untuk mendapatkan uang saku sebesar Rp 500.000, seorang debt collector yang diikuti oleh Stefanus, Flesh (38), harus mendatangi 120 debitor dalam waktu 15 hari.
Namun, sialnya, di hari ke 14, masih ada 20-an debitor yang belum didatangi Flesh.
Ia pun memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi untuk memenuhi kuota yang dibutuhkan.
“Semoga hari ini kita bisa ketemu 11 atau 12 orang. Besok, saya selesaikan sisanya,” ujar Flesh sembari menarik tuas gas kendaraannya. Stefanus duduk di jok belakang sepeda motornya.
Baca juga: Saat Sang Ayah Tampil di Google Doodle, Anak Ismail Marzuki Hidup dalam Impitan Ekonomi
Hari itu, Kamis (14/10/2021), perjalanan dimulai pukul 09.00 WIB dengan mendatangi rumah seorang debitor di Jalan Raya Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Sejak keberangkatan kedua pemuda tersebut dari Muara Baru, jalanan dipadati kendaraan bertonase berat.
Kondisi itu tidak menyurutkan Flesh. Ia terus memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.
Kerap kali, Flesh nekat menyelinap dengan memanfaatkan celah antarkendaraan kontainer yang melaju beriringan atau datang dari arah berlawanan.
Laju kendaraan hanya melambat saat tak ada lagi celah untuk menyelinap.
Baca juga: Kisah Anak Semata Wayang Ismail Marzuki, Ditipu Orang Dekat yang Izin Pakai Lagu Ayahnya
Selama perjalanan, Flesh berulang kali menenangkan Stefanus.
Flesh bercerita bahwa dirinya sudah mahir berkendara dengan kecepatan tinggi di jalanan padat dan macet berkat pengalamannya pada tahun 2010 sebagai debt collector yang bertugas mencari kendaraan debitor yang menunggak.
Pada saat bertemu debitor yang kendaraannya masih berstatus menunggak, tidak semua bersedia menghentikan laju kendaraannya seperti permintaan. Akibatnya, kejar-kejaran pun tak terhindarkan.
Pengalaman kejar-kejaran di jalanan ini yang dikatakan Flesh kian membuatnya terampil dan mahir bermotor.
Hal tidak selalu berjalan mulus bagi Flesh. Pada hari Kamis tersebut, Stefanus menyaksikan banyak debitor yang menyangkal identitas mereka ketika ditagih utang.
Ada pula penagih utang yang menantang balik Flesh, sehingga perdebatan tak terhindarkan.
Baca juga: Ismail Marzuki di Mata Putri Tunggalnya: Bapak Pahlawan Musik, Pahlawan Rumah Tangga
Setelah dua jam berputar di daerah Cilincing, mereka bergeser ke wilayah Cakung. Saat itu, Flesh hendak menemui seorang debitor yang bekerja di kawasan industri di Jalan Cilincing Raya, Rorotan, Jakarta Utara.
Ketika tiba di gerbang kawasan industri, ada banyak kendaraan besar yang tengah mengantre untuk mendapatkan kartu akses masuk.
Karena tidak mungkin mendapatkan akses, Flesh memacu sepeda motor untuk mendahului kendaraan lain.
Saat itu bertepatan dengan plang yang dalam kondisi terangkat sehingga kendaraan kami melaju dengan mulus.
Sepeda motor terus meliuk-liuk hingga tiba di salah satu gudang perusahaan penyedia produk dialisis pasien.
Baca juga: Mengenal Ismail Marzuki, Tokoh Betawi Asli yang Jadi Google Doodle Hari Ini
Flesh memarkir kendaraan dan menghampiri seorang pria yang mengenakan seragam petugas keamanan.
Dia tak perlu lagi memperkenalkan diri lantaran petugas keamanan yang dituju adalah sasaran yang dicarinya selama dua bulan terakhir.
Pria itu masih memiliki utang lewat salah satu aplikasi pinjaman daring.
Keduanya kemudian terlibat perdebatan sengit. Petugas keamanan itu bergeming dan mengatakan selama ini ia tak menghindar.
Ia memastikan akan melunasi utang jika sudah memiliki uang. Total yang harus dibayar mencapai Rp 10 juta.
Baca juga: Mengenal Sosok Ismail Marzuki, Maestro Itu Tak Pernah Merasakan Kasih Sayang Ibu
Ketika pulang, Flesh memilih keluar dengan cara yang sama, menerobos plang otomatis yang sedang terbuka. Sekilas, terdengar umpatan penjaga gerbang yang melihat sepeda motor melewati plang tanpa kartu akses.
Pada pukul 18.00, kerja menagih utang pun diakhiri.
Flesh kembali ke rumahnya untuk beristirahat dan memulihkan tenaga.
Esok hari ia akan melanjutkan kerja-kerjanya yang menegangkan diselingi gaya mengendarai sepeda motornya yang bak koboi jalanan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Begini Rasanya Jadi ”Debt Collector”.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.