"Saat itu juga Belanda membombardir dari salah satu sungai. Itu salah satu bagaimana Belanda menakut-nakuti. Itu sangat luar biasa tujuh bulan pertempuran itu," papar dia.
Menurut Kang Bayu, peperangan itu terjadi karena Belanda memiliki kepentingan, yakni menguasai wilayah Banten yang dikuasai Aria Wangsakara dan dua sepupunya.
"Belanda punya kepentingan untuk menguasai daerah ini, sementara kita punya kepentingan harus menjaga. Harus menjaga seperti apa yang diamanatkan oleh Sultan Abdul Mufakir bahwa tiga Aria ini harus bisa mengamankan dengan pasukan seadanya," urainya.
Peperangan berakhir saat Aria Wangsakara dan Belanda sepakat untuk gencatan senjata. Akhir dari peperangan tersebut ditandai dengan berdirinya sebuah tugu atau tangger yang disebut sebagai tugu perbatasan yang terletak di Gerendeng, Karawaci, Kota Tangerang.
Aria Wangsakara dikenal sebagai ahli strategi karena mampu membuat tentara-tentaranya bergerak di laut tanpa terlihat saat hendak menyerang pasukan Belanda.
Strategi itu bernama kurawacai. Kurawa berarti tentara, sedangan cai yang berarti air. Dengan demikian, kurawacai merupakan tentara air.
Baca juga: Raden Aria Wangsakara Jadi Pahlawan Nasional, Gubernur Banten: Ini Perjuangan Orang Tua Kita
"Kurawacai ini tentara air, sehingga dia harus bisa menyerang lewat sungai, tanpa memperlihatkan gerakan yang bisa dilihat oleh musuh," kata Kang Bayu.
Aria Wangsakara, melalui strateginya, juga memiliki pasukan yang dapat dengan mudah mengelabui musuh meski di tempat terang. Dia juga disebut memiliki ilmu falak.
Kang Bayu melanjutkan, Aria Wangsakara merupakan diplomat ulung sekaligus duta ulama.
Dia dipercayai pihak dari Arab untuk memberikan gelar kesultanan kepada beberapa raja di Indonesia.
"Sultan itu kan adanya di sana, di negara Jazirah Arab. Dia (Aria Wangsakara) sebagai duta ulama dan sebagai diplomat ulung, dan akhirnya bisa ada beberapa kerajaan yang diberikan gelar sultan, termasuk Sultan Banten (Abdul Mufakir)," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.