SAYA semakin yakin, pelawak-pelawak kita saat ini akan sulit mencari “job” lawakan karena ketatnya persaingan di profesi ini.
Ada Kiky Saputri dengan gaya roasting-nya. Ada Cak Lontong yang lihai menjungkirbalikkan logika. Ada pula bintang-bintang baru yang lahir dari berbagai event pencarian bakat melawak datang silih berganti
Dunia lawak kita pun kini sering kalah saing dibanding para pegawai dan pejabat Pemerintahan Provinsi (Pemrov) DKI Jakarta yang juga “lucu” dan “menggemaskan” jika bicara soal air dan banjir yang melanda ibu kota.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Dudi Gardesi menerangkan, banjir langganan yang kerap terjadi di ruas jalan RE Martadinata, Jakarta Utara disebabkan airnya “loncat” ke kiri dan ke kanan (Kompas.com, 12 November 2021).
Baca juga: Pemprov DKI: Banjir di Jalan RE Martadinata karena Airnya Loncat
Ia menyebut kata "loncat" bisa jadi karena merasa jengah dengan banjir yang terjadi selama sepekan terakhir di sepanjang Jalan RE Martadinata.
Penyebabnya, limpasan air rob di di Jalan Gunung Sahari. Limpasan ini efek dari penutupan pintu air Pelabuhan Marina yang membendung pasang air laut. Saat air laut surut, air yang ada di Jalan RE Martadinata baru bisa dipompa kembali ke laut.
Air “loncat” ke kanan dan ke kiri di Jalan RE Martadinata akan terus terjadi setiap kali air laut pasang. Mengurus air "locat" ini ibarat pekerjaan yang tidak akan ada habisnya. Benar-benar terlalu kelakuan air “loncat”.
Untungnya ada Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmar Riza Patria yang mengingatkan kembali perlunya kata “sabar”. Penanganan banjir di kawasan RE membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat diselesaikan dalam hitungan tahun.
Salah satu kesulitannya adalah ruas Jalan RE Martadinata berada di kawasan yang cukup rendah. Upaya yang telah dilakukan SDA DKI adalah menyiapkan dua pompa apung untuk mengurangi genangan dan 50 karung pasir untuk tanggul mencegah luapan air akibat air pasang tumpah ke jalan (Kompas.com, 8 November 2021).
Baca juga: Banjir Rob di RE Martadinata, Wagub DKI: Mohon Bersabar
Kehebohan penanganan banjir di Ibukota Jakarta tidak sekadar air “loncat”. Pekan-pekan ini warga Jakarta masih disuguhi humor tentang sumur resapan yang oleh Gubernur Anies Baswedan disebut sebagai drainase vertikal.
Mulanya warga kaget dengan adanya galian lubang di trotoar Jalan Raden Said Soekanto di dekat Kanal Banjar Timur (KBT). Galian lubang itu disebut sebagai sumur resapan, bagian dari program kerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mengendalikan banjir.
Yang membuat warga tidak habis pikir dengan pembangunan ini adalah letak sumur resapan lebih tinggi daripada permukaan jalan.
Sekali lagi, mungkin konsep pemikiran para pejabat Pemda DKI adalah air diminta “loncat” ke kanan dan ke kiri (Kompas.com, 14/11/2021).
Karena pembangunan sumur resapan yang posisinya lebih tinggi dari trotoar menjadi viral dan diolok-olok warga, Wakil Gubernur Reza Patria kembali mengeluarkan jurus baru. Menurut dia, pembangunan sumur resapan tersebut tetap bisa menyerap air.
Konon, air tetap masuk dari permukaan jalan melalui tali-tali air ke bak kontrol yang berbentuk kotak.
Pemrov DKI Jakarta tetap yakin pembuatan sumur resapan bisa berkontribusi dalam penanganan banjir di Ibu Kota Jakarta.
Pembuatan sumur resapan adalah bagian dari janji kampanye Anies Baswedan saat Pilkada DKI 2017. Anies begitu optimistis pembuatan sumur resapan bisa mengendalikan banjir dan genangan saat hujan mengguyur Jakarta.
Saat kampanye, Anies mengatakan ada empat hal utama yang akan dia lakukan jika terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.