JAKARTA, KOMPAS.com – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belakangan dianggap mulai melakukan sejumlah kerja politik.
Anies sempat hadir di acara lawak di salah satu stasiun televisi dan di-roasting/diledek oleh comedian Kiky Saputri.
Belakangan, acara itu menuai pembicaraan banyak pihak. Sebagian kalangan menilai positif bahwa hal itu jadi bukti bahwa Anies tidak antikritik.
Kemudian, Anies juga sempat sowan ke Malang untuk bertemu dengan Ketua PWNU Jawa Timur, Marzuki Mustamar.
Baca juga: Di-roasting Kiky, Anies: Untung Pakai Baju Damkar Jadi Tahan Panas
Analis politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menganggap bahwa kunjungan-kunjungan itu wajar bila ditafsirkan sebagai langkah politik demi meningkatkan elektabilitas dan popularitasnya jelang Pilpres 2024.
Adi menilai, Anies berkebutuhan untuk memoles reputasinya agar terlihat lebih pro-keberagaman.
Kunjungan ke PWNU Jawa Timur, misalnya, merupakan hasil kalkulasi politik yang matang karena selama ini Anies dianggap hanya mewakili basis pemilihnya di Pilkada Jakarta 2017 yang sarat politik identitas.
“Karena basis Nahdliyin (warga NU) yang selama ini memang punya tarikan mazhab yang agak beda dengan basis (pemilih) Anies. Kelompok Nahdliyin kan agak susah menerima Anies karena Anies terlampau dekat dengan kelompok-kelompok yang dianggap tidak plural itu,” ungkap Adi kepada Kompas.com, Rabu (17/11/2021).
Baca juga: Pencapresan Anies 2024 Masih Gelap Gulita
Anies juga mulai sering bicara soal kebangsaan, semisal pada peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2021 lalu.
Eks Rektor Universitas Paramadina itu juga mengulas filosofi Bhinneka Tunggal Ika ketika membuka Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia VII DI Jakarta pekan lalu.
Adi beranggapan, hal itu selaras dengan kebutuhan Anies memperluas basis pendukungnya.
Jika hanya mengandalkan basis pemilihnya di Jakarta 4 tahun silam, sulit bagi eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menggalang dukungan untuk Pilpres 2024.
Terlebih, saingannya saat ini adalah nama-nama seperti Ganjar Pranowo yang dinilai tak merepresentasikan kelompok eksklusif tertentu.
“Anies ingin menghilangkan kesan bahwa dia hanya mewakili kelompok Islam tertentu. Dia juga ingin terlihat nasionalis seperti (kandidat capres potensial) yang lain makanya meresmikan gereja, ketemu PWNU Jawa Timur. Pasti sudah dihitung betul untung-ruginya,” jelas dia.
“Melihat Anies saat ini adalah representasi kelompok tertentu, terutama basis pemilih Jakarta 2017. Memang solid pendukungnya, tapi kan tidak bisa melebar ke mana pun karena kelompok lain agak sulit merapat. Wajah agamanya terlampau dominan,” tutup Adi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.