Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanitasi Buruk di Tengah Gemerlap Jakarta, Warga Buang Tinja ke Kali

Kompas.com - 18/11/2021, 08:49 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan keluarga di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, belum memiliki tangki septik atau septic tank untuk pembuangan kotoran atau tinja. Mereka yang tidak memiliki tangki septik itu membuang kotoran atau tinja langsung ke kali. Tinja dialirkan melalui pipa-pipa ke kali.

Data terbaru, ada 554 keluarga di wilayah Ciracas yang belum memiliki tangki septik.

"Masih sekitar 544 keluarga yang belum punya septic tank. Jamban di atas kali (WC helikopter) sudah enggak ada. Jambannya di dalam rumah," kata Camat Ciracas, Mamad, Rabu (17/11/2021).

Baca juga: 554 Keluarga di Ciracas Belum Punya Septic Tank, Tinja Langsung Dibuang ke Kali

Merasa tak bersalah

Dari 544 keluarga di Kecamatan Ciracas yang belum punya tangki septik, paling banyak di Kelurahan Rambutan. Sekretaris Kelurahan Rambutan, Suhartono mengatakan, ada sekitar 237 keluarga di wilayahnya yang belum memiliki tangki septik. Mereka tersebar di RW 001, 002, 003, 004, 005, dan 006.

Kotoran dari rumah-rumah warga itu dibuang langsung ke aliran Kali Cipinang atau Kali Sura.

Menurut Suhartono, banyak warga yang merasa tak bersalah meski telah melanggar Peraturan Daerah DKI Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

"Mereka enggak merasa salah. (Padahal) itu kan termasuk pencemaran," kata Suhartono.

Dia menambahkan, banyak anak di wilayah itu menderita gatal-gatal akibat kotoran atau tinja yang langsung dibuang ke kali.

Dia mencontohkan, warga pelihara ayam dan ayam-ayam itu tidak dikandangkan. Ayam peliharaan itu main di kali. Ayam kemudian naik ke halaman rumah dan berbaur dengan anak-anak.

"Banyak itu yang gatal-gatal karena punya ayam. Ayam itu jalan-jalan ke kali, terus habis itu ke teras rumah. Anak-anak main di situ, jadi gatal-gatal," kata Suhartono.

Suhartono mengemukakan, kejadian seperti merupakan hal biasa dan sudah berlangsung lama.

"Orang-orang kan enggak sadar ya kalau itu salah," ujar Suhartono.

Sekitar 237 keluarga di Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, membuang kotoran atau tinja langsung ke kali karena belum memiliki septic tank.KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Sekitar 237 keluarga di Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, membuang kotoran atau tinja langsung ke kali karena belum memiliki septic tank.
Kebanyakan orang mampu

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Rambutan, Sarino mengatakan, kebanyakan warga yang mampu secara ekonomi yang tidak memiliki tangki septik di wilayah itu.

"Yang enggak punya septic tank ini kebanyakan orang mampu. Sedikit yang tidak mampu," ujar Sarino.

Bahkan, ujar Sarino, ada salah satu perusahaan home industriy di Rambutan yang juga tidak memiliki tangki septik.

Baca juga: Tak Punya Septic Tank dan Buang Tinja ke Kali Cipinang, Warga: Ngikutin Orang-orang Aja

"Ada juga pabrik tahu, karyawannya banyak, mereka langsung buang ke kali," ucap Sarino.

"Kemarin kami survei dan nyata, mereka nggak punya septic tank," kata dia.

Jadi kebiasaan

Sarmili (65), warga Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, termasuk yang tidak memiliki tangki septik di rumahnya.

"Kami ya ngikutin orang-orang saja. Kalau warga di pinggir kali, kalau ditanyain ya hampir semuanya (nggak punya septic tank), jangan cuma saya," kata Sarmili saat ditemui di RT 014 RW 006 Rambutan, Rabu kemarin.

Sarmili mendirikan rumahnya di Rambutan tahun 1982. Dulu, kata dia, rumah di pinggir kali tidak sebanyak sekarang.

"Saya kan bangun rumah tahun 1982. Baru satu hingga dua rumah yang di pinggir kali," ujar Sarmili.

Sarmili masih menunggu kelanjutan program dari Kecamatan Ciracas soal penataan "wc helikopter" atau jamban.

"Tempo hari sudah ada, cuma enggak ada kelanjutannya. Mau buat di mana aja boleh," ujar Sarmili.

Penataan jamban tersendat

Suhartono tidak menampik, program penataan jamban di wilayahnya terhambat karena pandemi Covid-19.

"Selama pandemi Covid-19 memang tertunda," kata Suhartono.

Pihaknya kini berupaya menggandeng program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan untuk merampungkan program tersebut.

Rencana terdekat, warga yang memiliki kontrakan tetapi belum memiliki tangki septik, akan diimbau untuk membangun tangki septik.

"Kami akan mengumpulkan orang-orang yang punya kontrakan. Kadang kontrakannya di sini, tapi yang punya enggak ada di tempat," ujar Suhartono.

Sementara itu, Mamad mengatakan, program penataan jamban di Ciracas yang digagas sejak awal 2020 itu hingga kini masih berproses.

"Yang dari PD PAL Jaya masih berproses, tapi ada kendala apa saya belum tahu," kata Mamad.

"Yang dari Kementerian (PUPR) ada, cuma administrasi masih belum selesai," ujar Mamad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com