”Sepertinya proyeksi pensiun mundur lima atau enam tahun,” katanya.
Baca juga: Kronologi Pria di Bogor Tipu Calon Istrinya, Tilap Rp 47,5 Juta dan Tak Daftar Nikah
Situasi Chandra (36) tak jauh berbeda. Sejak tahun 2012, Chandra sudah menopang orangtuanya.
Bisnis ayahnya meredup, menyisakan utang ratusan juta rupiah.
”Gue merasa harus ikut menyelesaikan masalah itu. Bokap jual mobil, kekurangannya gue patungan sama abang-abang gue,” katanya.
Tahun 2013 Chandra menikah dan mempunyai anak. Tanggungannya bertambah.
Dia berhemat agar bisa memenuhi kebutuhan anak dan istri, juga menopang orangtuanya. Itu dijalani sekitar tiga tahun.
Baca juga: Uji Coba Karaoke Keluarga di DKI Diperluas, Tempat Usaha yang Boleh Buka Ditambah
Menjelang pandemi, setelah punya dua anak, Chandra bercerai. Salah satu keputusan sidang mewajibkan dia menanggung biaya pendidikan anak, ditambah kebutuhan sehari-hari Rp 4 juta per bulan.
”Kebutuhan sehari-hari ini tiap tahun bertambah, karena ada klausul inflasi 10 persen per tahun,” ujarnya.
Ketika pandemi, pendapatan orangtua dari apartemen hilang karena tak ada penyewa.
Dia mesti jungkir-balik lagi untuk menanggung pengeluaran tambahan untuk orangtua, Rp 1,5 juta per bulan, di luar patungan bayar listrik, internet rumah, dan kebutuhan mendadak lain.
Sejak pandemi, dia makin terjepit. Usaha rintisannya berupa pelantar gim daring kehilangan investor.
Jabatan mentereng sebagai chief communication officer tak ada nilainya, alias tak bergaji.
Baca juga: Operasi Zebra 2021 Digelar 15-24 November 2021, Ini Lokasi dan Jenis Pelanggaran yang Disasar
Pengelola keuangan Aliyah Natasha mengatakan, cara satu-satunya untuk memutus rantai generasi sandwich adalah dengan mengelola keuangan secara matang sehingga memiliki dana untuk hari tua.
Ada tiga tahapan yang dilewati untuk merencanakan keuangan hari tua ini, yaitu tahapan perencanaan keuangan, investasi, dan monitor.
Ada baiknya, dana yang ada saat inidisalurkan untuk beberapa pos kebutuhan, termasuk kebutuhan hari tua. Dana tersebut bisa kemudian digunakan untuk investasi dan membangun aset yang memberi imbal positif.
“Ini saatnya investasi dan menambahkan nilai aset. Caranya adalah cari investasi atau aset yang memberikan return produktif, dan pahami risikonya,” ujar Aliyah pada Agustus 2020 lalu dalam sebuah diskusi daring.
Setelah melakukan investasi jangka panjang, jangan lupa untuk terus memonitor investasi maupun aset tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Akrobatik ”Generasi ’Sandwich’”. (Kompas/ Dwi As Setianingsih, Soelastri Soekirno)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.