JAKARTA, KOMPAS.com - Perencana keuangan Ike Noorhayati Hamdan mengungkapkan, problem keuangan yang dihadapi generasi sandwich kebanyakan bukan terletak pada pemasukan yang kurang, melainkan pengeluaran berlebih.
Hal ini disampaikan Ike melalui wawancara dengan Harian Kompas beberapa waktu lalu.
Menurut Ike, klien-kliennya menghabiskan mayoritas uang mereka untuk menjunjang gaya hidup pribadi maupun keluarga.
Ada klien yang 90 persen penghasilannya habis untuk belanja online, ada juga yang setengah penghasilannya dialokasikan untuk menunjang gaya hidup orangtua, seperti untuk membayar arisan, jalan-jalan, dan cicilan rumah.
”Kalau orangtua sudah bilang, ’apa kata orang’, kok kita enggak ikut arisan, kok anaknya enggak ganti mobil padahal baru naik pangkat, jebol sudah. Mengongkosi ’apa kata orang’ itu mahal. Berapa pun penghasilannya akan terus kebobolan,” kata Ike.
Baca juga: “Generasi Sandwich” Korbankan Kepentingan Pribadi Demi Biayai Orangtua, Adik, hingga Ponakan
Ike selalu menekankan kepada klien-kliennya untuk mengatur pengeluaran secara ketat dan terperinci. Pendapatan mereka sebaiknya dialokasikan untuk beberapa pos pengeluarakan dengan skema sebagai berikut:
Pengeluaran untuk membantu orangtua dan keluarga bisa dimasukkan ke dalam pos pengeluaran produktif atau pos lain-lain, papar Ike.
”Kalau di sini naik, pengeluaran yang di sana mesti ditekan, terutama pengeluaran gaya hidup yang besar tapi jarang dihitung.”
Baca juga: Minta Duit Iuran Gedung ke PAUD Anyelir, Ketua RW: Itu Bercandaan Saja
Pemahaman semacam ini, lanjut Ike, harus dimiliki si pencari nafkah utama, orangtua, anak, adik/kakak, dan seterusnya.
Ironisnya, edukasi soal perencanaan keuangan belum luas.
”Yang terjadi sekarang, banyak orang mengalami mobilitas kelas sosial karena ekonomi membaik, tapi tidak diiringi dengan pengetahuan bagaimana mengatur uang.”
Generasi sandwich terimpit di antara dua generasi, atas dan bawah.
Mereka harus berakrobat mengatur uang agar bisa menopang hidup orangtua, adik, anak, bahkan keponakan. Sebagian terpaksa mengorbankan urusan pribadi demi membiayai keluarganya.
Baca juga: Senasib dengan PAUD Anyelir, Ini Pengakuan Pedagang Dimintai Iuran hingga Rp 500.000 oleh Pak RW
Elizabeth (26) adalah satu dari sekian anak muda produktif yang bernasib seperti sandwich. Ia harus menanggung biaya bulanan orangtua, adik, dan mengongkosi hidupnya sendiri.
Dengan gaji Rp 11 juta, mestinya ia bisa “memanjakan” diri sendiri dan memikirkan tabungan masa depan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.