JAKARTA, KOMPAS.com - Istilah “generasi sandwich” populer di tengah masyarakat Indonesia karena banyak generasi produktif saat ini terjebak dalam situasi menopang beban ganda, layaknya isi sandwich.
Generasi sandwich ini terimpit di antara dua generasi, atas dan bawah, dan mau tidak mau harus membiayai hidup dua generasi tersebut termasuk diri mereka sendiri.
Beban sebagai generasi sandwich salah satunya dipikul oleh Saraswati (36), karyawan bidang pemasaran sebuah perusahaan teknologi.
Perempuan lajang ini memiliki gaji cukup besar, yakni Rp 40 juta setiap bulan. Hanya saja, hal ini tidak membuatnya hidup nyaman dan bergelimang aset.
Setengah dari penghasilan Saraswati digunakan untuk membiayai orangtua dan keponakannya.
Baca juga: “Generasi Sandwich” Korbankan Kepentingan Pribadi Demi Biayai Orangtua, Adik, hingga Ponakan
Biaya yang ditanggung mulai dari biaya harian, cicilan mobil ayahnya, biaya jalan-jalan ibunya, dan uang pangkal masuk sekolah keponakannya.
Saras sendiri mengaku, gaya hidupnya biasa saja. Ia tak terlalu senang jajan, ataupun belanja barang mahal.
Dia juga tidak mempunyai obsesi memiliki aset tak bergerak, seperti rumah ataupun tanah. Uang sisa gaji juga mengalir ke tabungan untuk hari tua.
Namun, dengan pengeluaran keluarga yang kian tinggi sejak pandemi, kecepatannya menabung terus melambat.
Ia pun mesti memikirkan ulang rencana pensiun dini di usia 40 tahun.
”Sepertinya proyeksi pensiun mundur lima atau enam tahun,” katanya.
Baca juga: Tips Mengatur Keuangan untuk Generasi Sandwich, “Naik di Sini Tekan di Sana”
Perencana keuangan Ike Noorhayati Hamdan mengungkapkan, problem keuangan yang dihadapi generasi sandwich kebanyakan bukan terletak pada pemasukan yang kurang, melainkan pengeluaran berlebih.
Hal ini disampaikan Ike melalui wawancara dengan Harian Kompas beberapa waktu lalu.
Menurut Ike, klien-kliennya menghabiskan mayoritas uang mereka untuk menjunjang gaya hidup pribadi maupun keluarga.
Ada klien yang 90 persen penghasilannya habis untuk belanja online, ada juga yang setengah penghasilannya dialokasikan untuk menunjang gaya hidup orangtua, seperti untuk membayar arisan, jalan-jalan, dan cicilan rumah.