JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir menjadi masalah tahunan yang selalu melanda Indonesia, khususnya di Ibu Kota DKI Jakarta.
Setiap musim hujan datang, sebagian wilayah Jakarta selalu terendam banjir.
Namun, Indonesia bukan satu-satunya negara yang berhadapan dengan ancaman banjir tahunan.
Di Belanda, banjir juga menjadi salah satu fenomena yang mendapat perhatian serius.
Pasalnya, sepertiga wilayah Negeri Kincir Angin itu berada di bawah permukaan laut, dan dua pertiganya rentan terhadap banjir.
Baca juga: Jeritan Hati Warga Muara Angke Saat Banjir Rob: Kita Lagi Tidur, Air Sudah di Pundak
Namun, Belanda berhasil mengatasi masalah banjir dengan cara manajemen air.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambertus Christiaan Grijns membeberkan cara negaranya mengatasi masalah banjir dalam diskusi yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (23/11/2021).
Lambert mengatakan, kesadaran negaranya akan bahaya banjir muncul pada 1953.
Saat itu, terjangan air pasang dari laut utara serta hujan deras membanjiri lebih dari 2.000 kilometer persegi daratan serta menewaskan 1.836 orang dalam semalam.
Banjir itu juga menewaskan ribuan binatang serta menghancurkan banyak rumah penduduk.
"Bencana banjir itu membuka kesadaran bagi kami," kata Lambert.
Setelah banjir besar itu, Belanda melipatgandakan upaya untuk mengatasi ancaman dari laut.
Mereka menciptakan sistem pengendalian banjir raksasa yang dikenal sebagai Delta Works.
Delta Works terdiri peletakan 13 bendungan, termasuk penghalang, pintu air, pengunci, dan tanggul untuk melindungi daerah di dalam dan sekitar delta sungai Rhine, Meuse, serta Scheldt dari banjir Laut Utara.
Baca juga: Ancaman Nyata Banjir Rob dan Jakarta Tenggelam, Apa Kabar Proyek Tanggul Laut NCICD?
Proyek yang dikerjakan Dinas Perairan dan Pekerjaan Umum ini akhirnya selesai pada 1997 dengan biaya 5 miliar dollar AS.