"Butuh puluhan tahun untuk membuat infrastruktur ini. Dan ini investasi yang mahal sampai menghabiskan miliaran dolar," kata Lambert.
Selain membangun lebih banyak tembok dan tanggul, Belanda juga mulai menerapkan perspektif holistik jangka panjang tentang banjir.
Upaya ini dikenal sebagai Room for the River atau memberi ruang bagi air sungai.
Pengerjaan proyek besar senilai 3 miliar dollar AS ini dimulai pada 2006, melibatkan sekitar 40 infrastruktur berbeda di sepanjang sungai dan saluran air Belanda.
Inti dari proyek ini adalah gagasan bahwa alih-alih menahan air, ruang yang ada dapat dialokasikan untuk menampung banjir dengan aman.
Saluran banjir serta dataran banjir diperluas dan diperdalam.
"Inti dari proyek ini adalah kami menyesuaikan dengan kondisi alam, bukan melawan alam," ujar Lambert.
Upaya Belanda untuk menangani banjir kini terbukti berhasil. Dalam puluhan tahun, tak pernah terjadi lagi banjir besar yang menerjang negeri kincir angin itu.
Ini termasuk saat negara tetangga Belanda seperti Jerman dan Belgia diterjang banjir bandang mematikan pada Juli lalu.
Banjir itu menewaskan ratusan orang di dua negara tersebut.
Baca juga: Wagub DKI Klaim Sumur Resapan Efektif Kurangi Banjir Jakarta, DPRD Nilai Sebaliknya
Belanda yang berbatasan dengan kedua negara itu memang ikut kebanjiran, namun tak sampai menyebabkan korban meninggal dunia.
"Kami bisa mencegah banjir berdampak fatal di Belanda," kata Lambert sambil menunjukkan foto yang menunjukkan kondisi banjir di tiga negara.
Lambert menilai kunci sukses keberhasilan Belanda adalah komitmen untuk mau berinvestasi membangun infrastruktur jangka panjang untuk penanggulangan banjir.
Infrastruktur mahal yang dibangun Belanda itu tidak menjadi soal karena negeri kincir angin itu sudah merasakan pil pahit dari bencana banjir tahun 1953.
Ia juga menilai kunci kesuksesan Belanda dalam menangani bencana banjir adalah kerja sama dari semua pihak.