Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat TPST Bantargebang Diusulkan Disulap Jadi Lapangan Golf seperti TPA di Korea Selatan...

Kompas.com - 26/11/2021, 05:56 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Rekomendasi agar Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, disulap jadi lapangan golf mengemuka.

Komisi D Bidang Pembangunan DPRD DKI Jakarta memberi rekomendasi itu kepada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dalam rapat Badan Anggaran DPRD DKI, Rabu (24/11/2021) malam.

Ketua Komisi D Ida Mahmudah menyebutkan, rekomendasi ini berkaca pada tempat pembuangan sejenis di Korea Selatan.

"Di Korea pembuangan sampah seluas 500 hektar itu yang sudah sangat numpuk disulap jadi lapangan golf. Dan tidak mahal, tidak sulit, menurut Korea," kata Ida ditemui di sela rapat Badan Anggaran DPRD DKI.

"Tidak diapa-apakan lho itu sampahnya," tambahnya.

Baca juga: Tiru Korea, DPRD DKI Usul TPST Bantargebang Disulap Jadi Lapangan Golf

Ida menjelaskan, saat ini sudah 19 hektar kawasan TPST Bantargebang yang telah mencapai limit/batas kapasitas karena tumpukan sampahnya telah mencapai 50 meter.

Bukit-bukit sampah itu, karena sudah tak menerima sampah baru, banyak yang sudah tertutup rumput dan tidak terlalu bau.

Menurut Komisi D, bukit-bukit sampah itu bisa dikonversi dengan mudah menjadi lapangan golf yang juga berbukit-bukit.

Sampah yang sehari-hari dibuang oleh DKI Jakarta tetap bisa dibuang ke kawasan lain di TPST Bantargebang yang masih lowong.

Menurut Ida, rekomendasi ini jadi solusi jangka panjang yang bagus bagi Pemprov DKI Jakarta.

Baca juga: Usulan TPST Bantargebang Jadi Lapangan Golf, Wagub DKI: Tidak Semudah Itu

Pemprov DKI Jakarta sebagai pemilik aset TPST Bantargebang di Kota Bekasi punya perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Kota Bekasi.

Salah satu isi perjanjian itu, Pemprov DKI Jakarta harus memastikan bahwa ketika TPST Bantargebang sudah ditutup, gunungan sampah di kawasan itu tak mengakibatkan masalah lingkungan.

"Perjanjiannya kalau memang pemda mau meninggalkan lokasi tersebut, harus seperti semula, harus rata," ujar Ida.

"Daripada dibuat rata mending dibuat lapangan golf. Menghabiskan lahan 50 meter x 19 hektar lebih murah dibuat lapangan golf dibandingkan membuat itu (kosong) kalau kita mau keluar dari Bekasi," tuturnya.

Baca juga: Usul TPST Bantargebang Jadi Lapangan Golf, DPRD DKI Sebut Itu Rekomendasi Jangka Panjang

Saat ini, belum ada proyeksi kapan Pemprov DKI Jakarta tak lagi membuang sampah ke TPST Bantargebang.

Penutupan TPST Bantargebang baru dimungkinkan jika Pemprov DKI Jakarta sudah punya fasilitas pengolahan sampah baru, semisal intermediate treatment facility (ITF) Sunter yang sampai sekarang belum juga dibangun.

“Sudah berapa puluh juta ton di sana? Tidak mungkin habis segera. Jadi harus cari solusi. Apa solusinya? Lapangan golf. Bisa buat PAD (penadpatan asli daerah). Bekasi dapat PAD, kita juga dapat PAD,” ujar Ida.

Wakil Gubernur skeptis

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menganggap bahwa usulan menjadikan TPST Bantargebang sebagai lapangan golf tidak mudah.

Riza menyebutkan, saat ini diperkirakan sudah 55 juta ton sampah yang menggunung di TPST yang terletak di Kota Bekasi itu.

Berbeda dengan pendapat Komisi D, menurut Riza, gunung sampah itu harus diolah terlebih dulu sebelum dijadikan lapangan golf.

“Tidak semudah itu, karena menggunung sedemikian ya itu harus diolah dulu, dikelola, jadi tidak semudah itu mengubah Bantargebang menjadi lapangan golf ya. Kalau dengan kemampuan intermediate treatment facility (ITF) di situ dibangun kurang lebih (menghabiskan) 2.000 ton per hari bisa mencapai 111 tahun baru selesai,” jelas Riza kepada wartawan di Balai Kota, Rabu malam.

Baca juga: Situasi Covid-19 di DKI Terkendali, Anies Sebut Sudah Ada Kekebalan Kolektif

Riza menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta sedang mencari solusi agar sampah yang sudah menggunung di TPST Bantargebang tidak berujung pada krisis lingkungan.

Riza menyebut soal pemanfaatan energi sampah dan pembuatan brikat serta kompos.

“Kita punya PR yang sudah lama juga agar sampah di Bantargebang yang sudah menggunung bisa kita kurangi secara bertahap,” imbuhnya.

Proyek serupa di Korsel

Dilansir National Geographic Indonesia, proyek “menyulap” tempat pembuangan sampah menjadi lapangan golf ada di tempat pembuangan akhir (TPA) Sudakwon yang terletak di luar kota Seoul—sekitar 40 menit perjalanan dengan mobil dari Seoul.

Ribuan orang berkunjung ke sanitary landfill atau TPA yang dikatakan sebagai yang terbesar di dunia.

Menurut catatan pihak pengelola TPA Sudakwon, Sudokwon Landfill Site Management Corp (SLC), sudah 500.000 orang dari dalam dan luar negeri berkunjung ke TPA Sudakwon.

TPA seluas 20 juta meter persegi ini dirancang untuk bisa lahir menjadi taman impian (dream park) yang di dalamnya terdapat lapangan golf dan perumahan mewah.

Terbagi menjadi empat lokasi TPA dan sebagian lainnya untuk kompleks olahraga dan hiburan, penimbunan sampah di setiap TPA dibuat delapan lapis. Pertama sampah, tanah 0,5 meter, lalu ditutup sampah lagi, dan seterusnya sampai delapan lapisan.

Baca juga: Bantah Pernyataan Bamsoet soal Formula E, Anies: Urusan Sirkuit Kok Presiden

TPA 1 sudah dipakai untuk menimbun sampah sejak 1992 hingga akhirnya tahun 2000 tempat ini sudah dipenuhi sampah.

Pada 2001-2003 di lokasi tersebut dibangun konstruksi dan stabilisasi taman olahraga bagi warga.

Tahun 2004 -2006 dibangun taman bunga liar, wilayah pengamatan, dan pembelajaran alam.

Pada 2013 dibangun lapangan golf, wilayah pengamatan lahan basah, alun-alun, lapangan olahraga berkuda yang disiapkan untuk ASEAN Games tahun 2014, dan tempat masuk ke wilayah pengamatan ekologi.

Sampah yang dibawa masuk ke TPA tersebut setiap hari mencapai 18.000 ton per hari. Sampah itu berasal dari rumah tangga, industri, dan konstruksi dari tiga daerah yang berpenduduk sekitar 24 juta orang, yakni kota Metropolitan Seoul, Incheon, dan Gyeonggi.

Gas yang dikumpulkan dan air lindi yang tertampung diolah menggunakan teknologi mutakhir sehingga menjadi sumber daya yang berharga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com