JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang dialami Transjakarta dalam 40 hari terakhir memaksa jajaran direksi Transjakarta membuat keputusan menghentikan sementara dua operator bus.
Dua operator bus yang dihentikan sementara yaitu Steady Safe dan Mayasari Bhakti.
Dua operator tersebut terlibat dalam kecelakaan yang terjadi pada Kamis (2/12/2021) lalu. Kecelakaan bus dengan nomor lambung SAF025 itu menabrak pos polisi dan mengakibatkan satu orang korban luka-luka.
Sedangkan operator Mayasari Bhakti bernomor lambung MYS17069 itu mengalami kecelakaan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (3/12/2021) lalu.
Baca juga: 229 Bus Berhenti Beroperasi Imbas Kecelakaan, Transjakarta Jamin Layanan Tak Terganggu
"Selama pemberhentian operasi, operator wajib melakukan pengecekan menyeluruh terhadap armada, meliputi brake, steering, engine, transmisi dan lain-lain," kata Direktur Utama PT Transjakarta Yana Aditya.
5 kecelakaan dalam 40 hari terakhir
Kecelakaan bertubi-tubi yang dialami Transjakarta tercatat terjadi dalam waktu yang berdekatan.
Kecelakaan terparah terjadi pada 25 Oktober 2021, 31 orang mengalami luka-luka dan memakan dua korban tewas.
Kecelakaan kembali terjadi berselang empat hari, tepatnya 29 Oktober 2021. Kecelakaan terjadi di Gandaria City, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Kecelakaan tunggal tersebut disebabkan oleh sopir yang mengantuk hingga menabrak beton separator sisi kanan jalan.
Baca juga: Kecelakaan Berulang Bus Transjakarta, Perombakan Direksi Belum Jadi Opsi
Belum genap sebulan, bus Transjakarta kembali mengalami masalah. Pada 4 Oktober 2021, bus Transjakarta mengeluarkan asap akibat tali vanbelt air conditioner (AC) yang terputus.
Peristiwa kecelakaan kembali terjadi Kamis (2/12/2021) kemarin, bus Transjakarta kembali alami kecelakaan tunggal karena menabrak pos polisi di Jalan Mayjen Sutoyo, PGC, Jakarta Timur.
Terbaru, kecelakaan tunggal kembali terjadi Jumat (3/12/2021) siang. Kali ini bus Transjakarta rute 1A Blok M - Balai Kota yang menabrak separator di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.
Kurangi kepercayaan publik
Peristiwa rangkaian kecelakaan itu dinilai menurunkan kepercayaan publik terhadap transportasi umum di DKI Jakarta.