Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi Slogan #KiniLebihBaik di Tengah Rentetan Kecelakaan Bus Transjakarta

Kompas.com - 07/12/2021, 07:56 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Slogan tanda pagar #KiniLebihBaik, dipakai oleh PT Transjakarta sejak 2017 lalu. Lewat slogan itu, Transjakarta menegaskan diri telah melakukan perbaikan dan dapat menjadi transportasi andalan bagi warga ibu kota.

Namun 4 tahun setelah slogan itu diluncurkan, Transjakarta masih dirundung sejumlah masalah. Permasalahan yang paling mencolok pada tahun ini adalah banyaknya bus Transjakarta yang terlibat kecelakaan.

502 Kali Kecelakaan

Setidaknya, ada 502 kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta terjadi pada Januari 2021 hingga Oktober 2021, sebagaimana yang diungkap Direktur Utama PT Transjakarta Yana Aditya.

Kecelakaan paling banyak terjadi pada Januari 2021, yakni sebanyak 75 kali kecelakaan. Selanjutnya pada Februari 63 kali, Maret 72 kali, April 55 kali, Mei 54 kali, Juni 48 kali, Juli 44 kali, Agustus 22 kali, September 42 kali, dan Oktober 27 kali.

Kecelakaan paling banyak disebabkan bus transjakarta menabrak obyek tertentu atau kecelakaan tunggal, yakni 88 persen dari total kecelakaan.

Kemudian, 12 persen lainnya, bus transjakarta ditabrak atau diserempet oleh kendaraan lain.

Kecelakaan paling banyak melibatkan bus milik operator PPD yakni 34 persen, disusul operator Mayasari 32 persen, Steady Safe 16 persen, Kopaja 13 persen, Transwadaya 3 persen, Pahala Kencana 1 persen, dan Bianglala 1 persen.

Salah satu kecelakaan bus Transjakarta yang fatal terjadi di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, pada 25 Oktober lalu. Satu bus Transjakarta menabrak bus Transjakarta lainnya yang sedang berhenti di Halte Cawang. Akibat kecelakaan tersebut, tiga orang meninggal dan puluhan lain luka-luka.

Penumpang dan Pengguna Jalan Resah

Rentetan kecelakaan yang dialami bus Transjakarta membuat pengguna moda transportasi bus ini khawatir akan keselamatan mereka.

Ibrahim Alfatin (32), salah seorang pengguna Transjakarta, mengaku resah dengan rentetan kasus kecelakaan Transjakarta yang terjadi akhir-akhir ini, bahkan sampai merenggut korban jiwa.

Menurutnya, pemerintah berkewajiban memastikan keselamatan pengguna kendaraan umum. Terlebih lagi, pemerintah menganjurkan warga untuk menggunakan transportasi umum.

“Pemerintah kan meminta warga untuk menggunakan tarnsportasi umum. Kalau banyak kasus kecelakaan karena lalai dan faktor lainnya, bagaimana warga mau nyaman?” ungkap Ibrahim.

Ia menambahkan, jika kasus kecelakaan bus Transjakarta terus terjadi, bukan tidak mungkin penumpang akan beralih menggunakan kendaraan pribadi.

“Diperhatikan sopirnya agar jangan sampai bertugas saat mengantuk atau tidak sehat. Aspek keselamatan pada kendaraan juga ditingkatkan,” ujar Ibrahim.

Sejumlah pengguna jalan yang sering berpapasan dengan Transjakarta mengaku ngeri melihat pergerakan bus besar itu yang kerap sembrono dan tidak memperhatikan keselamatan pengguna jalan lain.

Oliv (27), karyawan swasta di Jakarta, mengatakan pernah menyaksikan sebuah bus Transjakarta yang hampir menabrak mobil lain.

“Ada mobil di jalur biasa mau puter balik (dan menghalangi jalur Transjakarta), tapi lampu Transjakarta udah ijo dan sopir Transjakartanya gak mau ngalah. Masih ngegas aja,” beber Oliv.

Reorganisasi

Rentetan kecelakaan yang melibatkan bus transjakarta turut menjadi perhatian DPRD DKI. Jajaran direksi dipanggil dan dicecar dalam rapat kerja di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (6/12/2021).

Rapat itu memutuskan memberikan tiga rekomendasi kepada manajemen Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Transjakarta.

"Yang pertama adalah harus diadakan reorganisasi struktur dan harus ada penanggung jawab di bidang keselamatan," kata Aziz.

Aziz berharap, ada direksi khusus untuk memastikan kecelakaan bus transjakarta tidak terulang kembali.
Rekomendasi kedua, harus ada audit total atas kecelakaan beruntun yang terjadi belakangan.

Komisi B meminta audit melibatkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengetahui persis penyebab terjadinya kecelakaan.

"Rekomendasi ini mohon di-update setelah adanya rekomendasi dari KNKT karena ini akan ada hubungannya dengan rekomendasi kami nantinya," tutur dia.

Rekomendasi ketiga, PT Transjakarta harus memastikan pihak operator memenuhi standar pelayanan minimal (SPM). Apabila ada operator yang menurunkan SPM, PT Transjakarta diminta untuk tegas melakukan tindakan.

"Ketiga rekomnedasi ini dari Komisi B. Saya harap, kita semua berharap agar kejadian (kecelakaan) seperti yang sudah terjadi tidak terjadi lagi ke depan," kata Aziz.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com