Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Perlunya Revolusi Total pada Manajemen TransJakarta

Kompas.com - 08/12/2021, 17:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA tentu sangat prihatin dengan bertubi-tubinya kecelakaan yang terjadi pada bus Transjakarta.

Dalam kurun waktu 40 hari, setidaknya dalam catatan saya, terjadi delapan kecelakaan bus Transjakarta. Kecelakaan yang terakhir menyebabkan pejalan kaki meninggal dunia karena tertabrak bus Transjakarta, Senin (6/12/2021) sekitar pukul 21.50 WIB. Lokasinya di dekat SMK 57, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Dalam catatan Kompas, selama tahun 2021 terjadi total 502 terjadi kecelakaan bus Transjakarta (catatan terakhir Oktober 2021).

Baca juga: KNKT Turun Tangan Setelah 500-an Kecelakaan Bus Transjakarta...

Dengan banyaknya kecelakaan bus Transjakarta, yang hampir tiap hari, menjadi outcome negatif. Hal ini membuat konsep TDM (transport demand management) terganggu, yang mengakibatkan masyarakat takut menggunakan angkutan umum.

Padahal kami selalu kampanye kepada masyarakat di pelbagai media untuk menggunakan angkutan massal berorientasi transit dan meninggalkan kendaraan pribadi.

Saat ini, PT Transjakarta menghentikan sementara kontrak untuk dua operator bus, yakni Steady Safe dan Mayasari Bhakti. Total bus yang berhenti dari dua operator tersebut 229 unit (press release Transjakarta tanggal 4 Desember 2021).

Sebenarnya, penghentian sementara kontrak itu bukan solusi dalam manajemen resiko walau hal itu dilakukan untuk investigasi. Harus dipikirkan juga, apabila dua operator itu diberhentikan, akan ada kekurangan bus dalam pelayanan kepada publik.

Jumlah bus yang dihentikan sangatlah banyak, dapat mengganggu headway operasional Transjakarta, kendati ada jaminan dari PT Transjakarta bahwa hal itu tidak akan mengganggu pelayanan. Namun, tidak dijelaskan jaminan seperti apa, apakah ada jaminan tertibnya headway.

Investigasi/audit keselamatan tidak hanya yang tangingle ram check yang meliputi brake, steering, engine, transmisi. Semua bus Transjakarta dibeli dalam kondisi baru, masih berusia di bawah lima tahun, bahkan ada bus yang mengalami kecelakaan padahal baru beroperasi tujuh bulan. Secara teori, harusnya sarana-sarana bus tersebut laik jalan.

Hal paling mendesaknya adalah adanya tes yang intangible ( yang tidak terlihat ) seperti kualitas pramudi. Mengapa tidak diaudit sistem perekrutan pramudi di bawah kendali manajemen PT Transjakarta terlebih dahulu, seperti tes kesehatan dan tes psikologi para pramudi.

Ketika terjadi kecelakaan pada 25 Oktober lalu, berdasarkan hasil pemeriksaan pihak kedokteran kepolisian dan laboratorium forensik, si pengemudi punya penyakit bawaan, riwayat epilepsi. Dalam kasus tersebut terlihat jelas bahwa rekrutmen pramudi asal-asalan.

Bus Transjakarta menabrak separator jalur di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (6/12/2021).Dokumentasi Pribadi Bus Transjakarta menabrak separator jalur di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (6/12/2021).

Tidak ada formulasi yang membenarkan, apabila sering terjadi kecelakaan niscaya pramudi bus pasti bersalah. Kegagalan membentuk sumber daya manusia (SDM) dalam keselamatan transportasi pastilah ada kegagalan menajemen. Terkait rentetan kecelakaan yang kerap terjadi dalam operasional trayek Transjakarta tentunya terdapat kesalahan manajemen secara intangible.

Manajemen keselamatan adalah standar, tidak ada standar keselamatan yang berbeda-beda sesuai selera operator bus. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 26 Tahun 2015 Tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan dapat menjadi patokan hukum.

Selanjutnya pemerintah daerah menerbitkan turunan hukumnya yang lebih detil, tidak hanya berkutat kepada hal-hal tangible sarana bus tetapi pada hal intangible lebih penting. Hal intangible seperti mekanisme dan kontrol rekrutmen pramudi bus lebih diutamakan, karena sarana bus-bus banyak baru dan telah dibatasi usia bus maksimal tujuh tahun.

Perlu dicek juga kebenaran pernyataan Ketua Serikat Pekerja Transjakarta (SPTJ), Jan Oratmangun, yang mengatakan kualitas layanan Transjakarta menurun. Penurunan disebut dampak dari diberlakukannya berbagai kebijakan yang lebih mengutamakan profit oriented dibandingkan pemberdayaan sumber daya manusia.

Baca juga: Dirut Sebut Ada 502 Kecelakaan Bus Transjakarta pada Januari-Oktober 2021

Apabila hal tersebut benar, kelemahan memang terdapat pada sumber manusianya. Pramudi Transjakarta harus diberlakukan seperti pekerja non-transport yang bekerja lima hari seminggu dan punya hak cuti satu bulan satu kali.

Sejak Perum Damri menjadi operator bus Transjakarta, dalam catatan saya, jarang terjadi kecelakaan. Perlu dikaji jarangnya terjadi kecelakaan oleh Damri, apakah karena pramudinya (sopir) pegawai tetap (organik) bukan pegawai kontrak atau faktor sertifikasi yang lain.

Pramudi bus Transjakarta saat ini mayoritas pegawai kontrak.

Kebahagian kehidupan dan kondisi psikologi pramudi perlu diukur setiap tahun oleh lembaga independen sebagai bagian dari sertifikasi kelaikan pramudi.

Revolusi segera

Dengan banyaknya kecelakaan, PT Transjakarta harus bertanggung jawab mengembalikan kepercayaan publik untuk menggunakan angkutan umum. Perlu revolusi manajemen PT Transjakarta secara total. Bila perlu adakan pergantian direksi baru yang lebih segar. Buruknya kinerja keselamatan Transjakarta adalah equal dengan buruknya pengawasan direksi sampai ke bottom management.

Direksi PT Transjakarta merupakan jabatan profesional, bukan jabatan politis. Bila menjadi komisaris bisa saja jabatan politis karena tupoksi utamanya pada kontrol dan pengawasan. Maka, amanah menjadi direksi Transjakarta harus the right man on the right place.

Revolusi total, tidak setengah-setengah, harus serius dan terkontrol. Transjakarta sebagai sistem bus rapid transit (BRT) disubsidi Pemprov DKI dari dana publik melalui skema PSO sebanyak Rp 3 triliun per tahun. Amat sayang bila Transjakarta gagal menjaring masyarakat untuk menggunakan angkutan umum BRT. Dana besar tersebut menjadi salah kelola di manajemen Transjakarta yang tidak hanya terjadi pada manajemen keselamatannya saja, tetapi juga manajemen secara keseluruhan.

Karena itu mendesak untuk dilakukan audit pada manajemen pengawasan, manajemen keselamatan, manajemen resiko manajemen keuangan, manajemen SDM dan lain-lain dalam tubuh organisasi Transjakarta.

Bila melihat kenyataan kecelakaan-kecelakaan Transjakarta tahun 2021, perlu dibentuk direksi keselamatan dalam tubuh organisasi PT Transjakarta. Direksi keselamatan hanya fokus dan konsentrasi terhadap tupoksi keselamatan.

Contoh tugas direksi keselamatan adalah mengatur kecepatan semua sarana bus secara otomatis. Bus-bus Transjakarta adalah bus-bus canggih yang berteknologi traksi elektronik, yang kecepatan bus dapat dibatasi dalam cruise control, sehingga pramudi tidak dapat ngebut lagi. Tugas lainnya adalah mengatur cuti, istirahat, kesehatan, psikologi dan sejenisnya untuk para pramudi.

Lebih baik saat ini fungsi regulator dikembalikan kepada pemerintah daerah selaku pembuat regulasi dan pengawas. Jangan sampai PT Transjakarta rangkap jabatan menjadi regulator dan operator. Sekarang adalah momen yang sangat tepat Pemprov DKI melakukan audit total terhadap kinerja PT Transjakarta.

Dua bus TransJakarta tabrakan di Halte Cawang-Ciliwung, Jakarta Timur, Senin (25/10/2021).instagram.com/jktinfo Dua bus TransJakarta tabrakan di Halte Cawang-Ciliwung, Jakarta Timur, Senin (25/10/2021).
Ayo Naik Bus

Banyaknya kejadian kecelakaan bus Transjakarta menjadi preseden buruk bagi pelayanan angkutan umum massal. Karena itu perlu dilakukan trik marketing baru supaya masyarakat kembali tertarik menggunakan bus Transjakarta. Maka, sangat perlu balancing kepada masyarakat seperti pemberian insentif ke pengguna, contohnya promosi menggunakan bus Transjakarta gratis selama 1 - 3 hari atau dapat voucher shopping tertentu supaya publik tidak takut menggunakan bus.

Perlu rating atau penilaian terbuka oleh PT Transjakarta, siapa saja operator yang sering melakukan kecelakaan atau pelayanannya lebih baik. Bila Transjakarta ternuka, tentunya publik akan puas dengan pelayanan.

Jadi memang harus dipublikasikan sehingga publik dapat terlibat dalam kontrol ketika bus-bus tersebut beroperasi. Kontak atau nomor pramudi dapat dipasang dalam kabin bus, sehingga bila pramudi bus ugal-ugalan atau membahayakan, pengguna dapat melaporkan langsung ke hotline perusahaan.

Itu salah satu contoh pelayanan yang membantu Transjakarta mengontrol operator dan pramudinya. Bila ada kontrol seperti itu oleh publik, niscaya pengguna Transjakarta akan merasa terlayani, merasa aman, nyaman, dan selamat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Videonya Viral, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Buang Pelat Palsu TNI ke Sungai di Lembang

Usai Videonya Viral, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Buang Pelat Palsu TNI ke Sungai di Lembang

Megapolitan
NIK-nya Dinonaktifkan karena Tak Lagi Berdomisili di Ibu Kota, Warga: Saya Enggak Tahu Ada Informasi Ini

NIK-nya Dinonaktifkan karena Tak Lagi Berdomisili di Ibu Kota, Warga: Saya Enggak Tahu Ada Informasi Ini

Megapolitan
Remaja yang Dianiaya Mantan Sang Pacar di Koja Alami Memar dan Luka-luka

Remaja yang Dianiaya Mantan Sang Pacar di Koja Alami Memar dan Luka-luka

Megapolitan
Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Dibobol Maling, Total Kerugian Rp 10 Juta

Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Dibobol Maling, Total Kerugian Rp 10 Juta

Megapolitan
Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Megapolitan
Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Cerita Warga 'Numpang' KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Cerita Warga "Numpang" KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Megapolitan
Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Megapolitan
Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Megapolitan
Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Megapolitan
Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Megapolitan
Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Megapolitan
Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com