Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dari "Kampung Api" Tambora di Jakbar, Hidup di Tengah Ancaman Kebakaran

Kompas.com - 11/12/2021, 12:34 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama 53 tahun hidup di wilayah Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, memaksa Dadang (69) untuk menjadi manusia yang selalu waspada.

Pasalnya, Dadang menyadari bahwa lingkungan rumah tinggalnya merupakan daerah yang rawan kebakaran.

Sudin Gulkarmat Jakarta Barat bahkan mencatatkan, Tambora pernah menjadi wilayah dengan kasus kebakaran paling banyak di Jakarta Barat selama puluhan tahun. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya, tata permukiman warga yang padat.

Namun, sejak lima tahun terakhir, posisi pertama wilayah paling rawan kebakaran itu telah bergeser. Tambora kini sudah jauh lebih aman dan keluar dari lima wilayah terawan.

Baca juga: Cerita Kakek Selamat dari Kebakaran Tambora: Dengar Suara Kobaran Api dalam Lelap

Sementara itu, Dadang mengaku, kerawanan kebakaran membuat ia ingin pindah ke tempat yang lebih aman. Terlebih sejak menjadi korban kebakaran tahun lalu.

"Tinggal di daerah rawan kebakaran, jujur batin saya meronta-ronta. Inginnya ke luar dari sini," curhat Dadang dalam sebuah obrolan ringan di warung kopi Jembatan Besi.

Meski demikian, hingga kini ia belum bisa pindah dari rumah di Jalan Jembatan Besi I tersebut. Ia pun merasa heran mengapa ia belum juga pindah meski bahaya kebakaran terus menghantui warga di sana.

"Saya juga enggak tahu sih kenapa saya enggak pergi-pergi dari sini. Ini enggak tahu di Jembatan Besi ada apanya. Kok bisa bertahan. Padahal di sini rawan," kata Dadang sambil tersenyum.

Baca juga: Pelanggaran Karantina Rachel Vennya, Kabur Setelah Bayar Rp 40 Juta

Lebih lanjut, sebagai salah satu Ketua RT di sana, ia terkadang suka miris dengan sikap sejumlah warga yang kurang waspada terhadap bahaya api.

Dadang bercerita, lantaran hal itu, ia kerap melatih kewaspadaan warga dengan sejumlah trik. Salah satunya, menyebarkan bau asap.

"Mereka itu suka terlena, memang ada yang waspada, tapi banyak yang kurang peduli. Kadang, saya sengaja bakar plastik sampah sedikit, yang penting cukup untuk timbulkan bau asap. Bakarannya juga saya awasi biarpun sedikit," kata Dadang.

Kegiatan ini sengaja ia lakukan, tujuannya, agar warga yang mencium bau asap menjadi siaga dan memantau lingkungan sekitar.

"Nanti bau asap masuk ke dalam gang, dan tercium warga. Lalu kan mereka keliling mencari asal sumber asap. Tujuannya, supaya warga itu jangan terlena. Supaya selalu waspada sama kebakaran, karena di sini sangat rawan," kenang Dadang.

Baca juga: Kala Sindiran Jokowi Bikin Polisi Langsung Bongkar Atribut hingga Gardu Ormas...

 

Kenang rumah ludes dilahap api

Selama tinggal di sana, setidaknya dia sudah menyaksikan tiga kebakaran besar yang melahap puluhan rumah di sekitar rumahnya.

Bahkan, pada kebakaran terakhir, ia harus mengikhlaskan rumah beserta barang-barang miliknya yang turut ludes ditelan api.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com