Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Haji Lulung Pulang ke PPP Sebelum Berpulang...

Kompas.com - 15/12/2021, 06:24 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Haji Lulung berpulang. Politisi pemilik nama lengkap Abraham Lunggana itu meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Selasa (14/12/2021) kemarin.

Sebelum berpulang ke sang pencipta, Lulung lebih dulu pulang ke rumahnya yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 

Lulung memang sempat pergi sebentar dari rumah lamanya itu. Ia terpaksa pindah ke partai berlambang Ka'bah karena sempat berkonflik dengan pucuk pimpinan partai tersebut pada 2017 lalu.

Ceritanya, saat itu PPP yang dipimpin oleh kubu Djan Faridz mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Lulung yang lama berbeda pandangan politik dengan Ahok -pangggilan akrab Basuki- membelot dari keputusan partainya. Ia lebih memilih mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Akibatnya, Lulung pun dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Pimpinan WIlayah PPP DKI Jakarta. Lulung juga tak lagi diusung sebagai calon legislatif oleh PPP menjelang pemilihan umum 2019.

Baca juga: Wakil Ketua DPRD DKI: Lulung Konsisten dengan Prinsipnya

Padahal, Lulung dua kali berturut-turut lolos ke DPRD DKI Jakarta saat diusung PPP sebagai caleg, yakni pada 2009 dan 2014. Pada tahun keduanya berkantor di Kebon Sirih, Lulung bahkan dipercaya menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI. 

Saat itu lah nama Lulung ramai menghiasi media karena perseteruannya dengan gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pindah ke PAN dan Lolos ke Senayan

Konflik dengan Djan Faridz akhirnya membuat Lulung menyeberang ke Partai Amanat Nasional (PAN). Lulung mengungkapkan, saat itu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menaruh harapan terhadap dirinya bergabung ke PAN setelah tidak dijadikan caleg oleh PPP.

"Kata Pak Zul, 'Saya, kalau kamu di PPP, saya alhamdulillah, tapi kalau di partai lain, lebih baik di partai saya'. Itu pas dulu mau pencalegan. Karena saya tidak dicalegkan, ya akhirnya saya pilih partai dong," kata Lulung.

Karena pindah partai, Lulung pun mundur dari DPRD DKI pada 23 September 2018.

Lewat PAN, Lulung tak lagi mencalonkan diri sebagai anggota DPRD DKI. Pada 2019, ia mencoba peruntungan untuk maju sebagai calon anggota DPR RI.

Pada akhirnya, Lulung pun berhasil masuk Senayan setelah meraup 69.782 suara di daerah pemilihan DKI Jakarta III yang meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu.
Baca juga: Saat Kursi PPP Berkurang Drastis di DPRD DKI Usai Ditinggal Lulung...

Namun nasib buruk justru dialami PPP setelah ditinggal Lulung. Partai islam tertua di republik itu justru kehilangan banyak kursi di DPRD DKI. 

Pada 2014, PPP masih memiliki 10 kursi di Kebon Sirih. Namun setelah ditinggal Lulung, PPP hanya berhasil mendapat 1 kursi.

Pulang ke Rumah

Sekitar 2 tahun berkiprah di Senayan bersama Fraksi PAN, Lulung membuat kejutan. Ia memutuskan pulang ke rumahnya. Kebetulan konflik di internal PPP juga telah berakhir.

Partai Ka'bah itu sudah bersatu di bawah pimpinan Suharso Monoarfa. Lulung mengatakan, keputusannya pulang ke PPP tersebut didasari oleh permintaan para ulama.

Ia menegaskan tak ada masalah antara dirinya dan PAN.

"Itulah saya bilang ke Pak Ketum (Zulhas), saya minta maaf, saya ceritakan diminta ulama mengurus partai saya. Ya, respons pak Ketum 'Kalau kamu kembali, ya baguslah'," ujar Lulung saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/9/2021).

Menurut Lulung, para ulama memintanya untuk mengurus kembali partai berlambang Ka'bah tersebut setelah melihat hasil evaluasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

"Para ulama mungkin mengevaluasi, bahwa pada waktu kepemimpinan saya, PPP kan masih 10 kursi 2014-2019. Ulama lihat, Pileg 2019 itu PPP dari 10 kursi jadi 1 kursi," kata Lulung.

Baca juga: Deretan Papan Duka Cita di Rumah Haji Lulung, dari Jokowi hingga Ahok

Di partai ka'bah, Lulung kembali mendapatkan jabatan lamanya sebagai Ketua DPW PPP DKI Jakarta. Namun belum lama pulang ke PPP, Lulung menderita penyakit jantung.

Ia dirawat di di Rumah Sakit Harapan Kita sejak 24 November lalu. Lulung kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di RS pada Selasa kemarin pukul 10.51 WIB.

Sekretaris Jenderal PPP Arwani Thomafi mengenang mendiang Lulung sebagai sosok pejuang partai yang gigih, loyal, dan berkomtimen membesarkan partai.

 

"Hingga akhir hayatnya, Haji Lulung secara optimal serius membesarkan partai," kata Arwani dalam siaran pers, Selasa (14/12/2021).

Arwani menuturkan, bagi Lulung, berpolitik adalah jalan perjuangan, hal itu terlihat dari keputusan Lulung yang rela meninggalkan jabatannya sebagai anggota DPR demi kembali ke PPP. Ia berharap, peninggalan Lulung dalam berpartai di PPP menjadi inspirasi bagi seluruh kader PPP.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com