Abil pun berharap pemerintah terus membenahi akses-akses untuk penyandang disabilitas, termasuk mengedukasi para petugas yang menjaga ruang publik seperti GBK.
Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus menyayangkan tindakan petugas di kawasan Stadion GBK yang melarang pengguna kursi roda masuk ke dalam area Stadion GBK.
Menurut dia, seharusnya petugas di GBK terlatih menangani masyarakat dengan kebutuhan khusus seperti pengguna kursi roda.
Terlebih lagi, GBK merupakan milik negara yang seharusnya ramah terhadap semua golongan masyarakat.
"Petugas di GBK seharusnya bisa terlatih, teredukasi mendapatkan pendidikan atau training bagaimana menangani pengguna kursi roda, tunanetra, teman tuli, itu kan mereka berbeda-beda penanganannya," kata Alfred kepada Kompas.com, Selasa.
Baca juga: Pengguna Kursi Roda Dilarang Masuk Area Stadion, Pengelola GBK Minta Maaf
Alfred mencontohkan, para petugas frontliner Commuter Line mendapatkan pelatihan cara menangani penyandang disabilitas yang penanganannya berbeda-beda.
Oleh karena itu, kata dia, para petugas di ruang publik, termasuk GBK, harus diberikan pelatihan.
"Supaya menjamin kesetaraan akses bagi semua. Jadi tidak ada perbedaan. Ketika disabilitas akhirnya diizinkan masuk tapi ada bahasa penolakan di awal, wah ini kursi roda, sepeda, skuter dan lainnya dilarang, di situ adanya minimnya pemahaman petugas," ujar Alfred.
Meski demikian, Alfred mengatakan, hal tersebut tidak sepenuhnya kesalahan petugas.
Baca juga: Pengguna Kursi Roda Dilarang Masuk Area SUGBK tapi Petugas Naik Buggy Car dari Dalam Stadion
Namun, tetap saja mereka perlu dibekali dan diedukasi dalam menangani warga dengan keterbatasan seperti disabilitas, terutama dalam hal aksesibilitas.
"Ketika ada penolakan-penolakan seperti ini di ruang publik, walaupun dikelola swasta tapi kepemilikannya masih negara," kata Alfred.
"Ini kan sebenarnya lebih menampar muka negara sendiri karena GBK ini pernah selenggarakan Asia Paralympic. Jadi tidak ada dalih apa pun yang bisa jadi alasan untuk melarang manusia dengan alat bantu yang melekat pada tubuhnya untuk mengakses ruang publik seperti di GBK," lanjut dia.
Menanggapi insiden tersebut, pengelola Stadion GBK akhirnya menyampaikan permohonan maaf.
Direktur Utama Pusat Pengelolaan Kompleks GBK Rakmadi A Kusumo mengatakan, pihaknya telah menghubungi Abil Asswad untuk memohon maaf atas kejadian tersebut.
"Manajemen GBK memohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi dan kami telah menjalin komunikasi yang baik kepada pihak bersangkutan," ujar Rakmadi, dikutip dari keterangan pers, Selasa.