Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hematnya Menikah di Masa Pandemi, Bisa Nabung untuk Buka Usaha

Kompas.com - 30/12/2021, 10:23 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 menjadi kondisi yang menguntungkan bagi sebagian orang yang akan menggelar pernikahan.

Meskipun tidak banyak, tetapi mereka yang menggelar pernikahan pada masa pandemi setidaknya bisa menghemat biaya untuk masa depan kehidupan barunya pasca-menikah.

Hal tersebut dikarenakan adanya sejumlah aturan pembatasan untuk tidak membuat kerumunan atau mengumpulkan orang, termasuk dalam menggelar pesta pernikahan.

Baca juga: Setelah Jaksel, Kini Menikah di KUA DKI Jakarta Juga Langsung Dapat KK dan KTP Baru

Hemat dalam menjalani pernikahan saat pandemi Covid-19 dialami oleh Maria Regina Oktavia (30).

Warga Jakarta Utara yang berprofesi sebagai wartawan ini merasa diuntungkan dengan adanya pandemi karena bisa menggelar pesta pernikahan yang lebih intim pada 10 Desember 2021.

"Iya kemarin (gelar pesta pernikahan) memang terbatas. Bikin resepsi juga undangan terbatas," ujar Maria kepada Kompas.com, Kamis (30/12/2021).

Maria mengatakan, sebab aturan Keuskupan Agung Jakarta mengharuskan 50 orang yang hadir di gereja saat pemberkatan pernikahan, maka dia pun menghadirkan undangan sejumlah itu.

Padahal awalnya dia hanya akan mengundang 25 orang saja untuk hadir di acara tersebut.

Baca juga: Angka Pernikahan di Jaksel Menurun Selama Pandemi Covid-19

Sementara untuk resepsi, dia membuat 200 undangan dengan membagi jam kehadiran sebanyak tiga kali.

"Tetapi yang datang tidak sampai segitu alias hanya 100 orang. Itu pun kursi diatur sedemikian rupa. Ruang semua terbuka, jadi yang makan gantian," kata dia.

Dengan kondisi pesta pernikahan sederhana, Maria mengaku merasa lebih intim saat menggelar pesta sekali seumur hidupnya itu.

Sebab orang-orang yang datang sedikit dan merupakan orang-orang pilihan.

"Malah sebenarnya tidak mau resepsi karena benar-benar ingin yang super sederhana tapi berkelas dan semua keluarga menikmati," kata dia.

Baca juga: Pria di Bogor Tipu Calon Istrinya di Hari Pernikahan, Tak Pernah ke KUA dan Gedung Tak Dipesan

"Resepsinya dadakan, cuma 5 hari sebelum pemberkatan disiapinnya karena benar-benar dipaksain resepsi yang awalnya tidak ada. Orangtua memaksa harus ada," lanjut Maria.

Meskipun resepsinya dibayarkan oleh orangtua, kata dia, tetapi pelaksanaan pesta pernikahannya ini terbilang hemat karena tidak mengeluarkan banyak biaya.

Bahkan, untuk pemberkatan, Maria menganggapnya sangat hemat karena hanya menghabiskan biaya setengah dari harga biasa.

"Jadi biaya jatah pestanya ditabung dan buat modal cari kios buat usaha," ujar dia.

Maria pun merasa beruntung karena pandemi menjadi momen tepat untuk melaksanakan pernikahan yang sederhana seperti yang diharapkannya sejak lama.

Baca juga: Kisah Warga Sawangan Menikah di Tengah Hujan Deras, Waswas Bubar dan Digunjingkan di Medsos

Hal senada juga dirasakan Sylvia Puput Pandansari (32). Seorang public relation (PR) di perusahaan swasta itu cukup berhemat saat menggelar pernikahan di masa pandemi Covid-19.

Awalnya, kata dia, rencana pernikahanya akan digelar pada 27 Juni 2020. Namun, karena saat itu kasus sedang tinggi, maka ditunda menjadi 28 Desember 2020.

Awalnya ia juga sudah menyiapkan banyak undangan untuk melangsungkan pernikahan dan resepsi yang akan dibuat besar-besaran sebagai anak terakhir.

"Tetapi jadinya cuma sekitar 30 orang yang terdiri dari perwakilan keluarga, perwakilan teman kami berdua, dan perwakilan warga," kata dia.

Pelaksanaan pernikahannya pun hanya digelar di halaman rumah setelah pemberkatan di gereja.

Baca juga: Menko PMK: Tunda Dulu Resepsi Pernikahan Selama Libur Natal-Tahun Baru

Di gereja, ujar Puput, dia menekan jumlah tamu, dari yang diperbolehkan 50 orang dikurangi sehingga hanya 20 orang.

"Midodareni kan cuma ibadah saja acaranya, pemberkatan, terus ada acara keluarga saja setelah itu. Semua digelar di halaman samping rumah dan duduknya benar-benar dikasih jarak," kata dia.

Puput juga harus rela membatalkan gedung yang sudah dibayarkan uang mukanya. Hal tersebut dilakukan karena kedua belah pihak keluarga telah sepakat tidak memakai gedung.

"Hemat sih karena memang jadi menekan budget setengah lebih tapi ada ruginya juga karena waktu itu sudah DP katering dan gedung," kata dia.

Hanya saja, sebab dia menikah di kota kecil, yakni di Ambarawa, Jawa Tengah, maka kerugiannya pun tergolong murah.

Baca juga: PPKM Level 2 Jakarta, Resepsi Pernikahan Boleh Digelar dengan Kapasitas 50 Persen

Menurut dia, hal tersebut tidak seberapa daripada harus menanggung rugi jika setelah acara ada anggota keluarga atau teman yang terpapar.

"Jadi iya, saya tetap berpikir kami lebih hemat dan efisien," kata dia.

Sebab menjadi lebih hemat dan efisien, biaya yang semula dijadikan jatah untuk menggelar pesta pernikahan pun akhirnya bisa disimpan.

Puput mengatakan, biaya tersebut akan digunakan untuk keperluan menyewa tempat tinggal di Jakarta.

"Sisanya ditabung karena setelah menikah kami juga tidak sempat bulan madu, langsung balik ke Jakarta," ucap dia.

Lain halnya dengan Lyn (31). Saat menggelar pernikahan pada masa pandemi ini, dia belum bisa sepenuhnya berhemat karena tetap menggelar resepsi yang menelan biaya.

Baca juga: Pusingnya Calon Pengantin Menikah Saat PPKM Diperketat, Resepsi Dirombak Sepekan Sebelum Hari H

Namun, saat pelaksanaannya, dia tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Dia juga hanya mengundang secara terbatas pada saat akad saja.

Sementara saat resepsi pernikahan yang waktunya beberapa bulan setelah akad, digelar dengan menerapkan sistem tertentu.

"Yang terbatas hanya waktu akad, pas resepsi balik ke undangan awal. Lebih banyak undangan orangtua sih dengan sistem makanan take away dan tamu masuk gedung dibatasi. Jadi antre kalau di dalam masih penuh," kata dia.

Padahal, saat akad, kata dia, yang diundangnya hanya keluarga terdekat dan tetangga saja.

Baca juga: 4 Petak Rumah di Meruya Selatan Kebakaran Kamis Dini Hari, Pemadaman Terkendala Akses Sempit

Menurut Lyn, jika dia hanya menggelar akad saja, maka dia bisa menghemat biaya karena biaya akad tidak sampai 10 persen dari biaya resepsi.

"Sebetulnya bisa kalau mau dibuat lebih hemat lagi, tapi karena telanjur deal sewa baju dan saya pakai WO," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Porter Berusia 73 Tahun di Terminal Kampung Rambutan: Kadang Makan Nasi Cabai Saja...

Cerita Porter Berusia 73 Tahun di Terminal Kampung Rambutan: Kadang Makan Nasi Cabai Saja...

Megapolitan
Heru Budi Pastikan ASN Pemprov DKI Bolos Usai Libur Lebaran Akan Disanksi Tegas

Heru Budi Pastikan ASN Pemprov DKI Bolos Usai Libur Lebaran Akan Disanksi Tegas

Megapolitan
Heru Budi: Pemprov DKI Tak Ada WFH, Kan Sudah 10 Hari Libur...

Heru Budi: Pemprov DKI Tak Ada WFH, Kan Sudah 10 Hari Libur...

Megapolitan
Mulai Bekerja Usai Cuti Lebaran, ASN Pemprov DKI: Enggak Ada WFH

Mulai Bekerja Usai Cuti Lebaran, ASN Pemprov DKI: Enggak Ada WFH

Megapolitan
Suami di Jaksel Terjerat Lingkaran Setan Judi 'Online' dan Pinjol, Istri Dianiaya lalu Ditinggal Kabur

Suami di Jaksel Terjerat Lingkaran Setan Judi "Online" dan Pinjol, Istri Dianiaya lalu Ditinggal Kabur

Megapolitan
Jalan Gatot Subroto-Pancoran Mulai Ramai Kendaraan, tapi Masih Lancar

Jalan Gatot Subroto-Pancoran Mulai Ramai Kendaraan, tapi Masih Lancar

Megapolitan
KRL Jabodetabek Gangguan di Manggarai, Rute Bogor-Jakarta Terhambat

KRL Jabodetabek Gangguan di Manggarai, Rute Bogor-Jakarta Terhambat

Megapolitan
Menikmati Hari Libur Terakhir Lebaran di Ancol Sebelum Masuk Kerja

Menikmati Hari Libur Terakhir Lebaran di Ancol Sebelum Masuk Kerja

Megapolitan
Jalan Sudirman-Thamrin Mulai Ramai Kendaraan Bermotor, tapi Masih Lancar

Jalan Sudirman-Thamrin Mulai Ramai Kendaraan Bermotor, tapi Masih Lancar

Megapolitan
KRL Jabodetabek Mulai Dipadati Penumpang, Sampai Berebut Saat Naik dan Turun

KRL Jabodetabek Mulai Dipadati Penumpang, Sampai Berebut Saat Naik dan Turun

Megapolitan
Pemudik Keluhkan Sulit Cari 'Rest Area', padahal Fisik Kelelahan akibat Berkendara Berjam-jam

Pemudik Keluhkan Sulit Cari "Rest Area", padahal Fisik Kelelahan akibat Berkendara Berjam-jam

Megapolitan
Cerita Pemudik Kembali ke Jakarta Saat Puncak Arus Balik: 25 Jam di Jalan Bikin Betis Pegal

Cerita Pemudik Kembali ke Jakarta Saat Puncak Arus Balik: 25 Jam di Jalan Bikin Betis Pegal

Megapolitan
Keluhkan Oknum Porter Terminal Kampung Rambutan yang Memaksa, Pemudik: Sampai Narik Tas, Jadi Takut

Keluhkan Oknum Porter Terminal Kampung Rambutan yang Memaksa, Pemudik: Sampai Narik Tas, Jadi Takut

Megapolitan
Korban KDRT di Jaksel Trauma Mendalam, Takut Keluar Rumah

Korban KDRT di Jaksel Trauma Mendalam, Takut Keluar Rumah

Megapolitan
Cuti Lebaran Usai, Ganjil Genap di Jakarta Berlaku Hari Ini

Cuti Lebaran Usai, Ganjil Genap di Jakarta Berlaku Hari Ini

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com