JAKI menjadi pembeda karena ditujukan lebih banyak untuk warga umum.
Keberadaan JAKI tidak serta merta menegasikan Qlue, yang sampai hari ini juga masih menjadi salah satu kanal pengaduan resmi di Jakarta.
JAKI dirancang tidak semata-mata untuk head to head dengan Qlue.
Lebih dari itu, JAKI diharapkan dapat menjadi sebuah super app. Cukup dengan mengunduh satu aplikasi, yaitu JAKI, warga bisa mengakses beragam fitur yang ditawarkan.
Punya permasalahan yang perlu dilaporkan ke Pemda? Lewat JakLapor di JAKI aja.
Ingin tahu kondisi genangan pascahujan? Cek di JakPantau via JAKI.
Selain itu ada juga JakWarta (berita), JakRespons (survei), JakSiaga (layanan darurat), JakWifi (cek lokasi internet gratis) dan beragam layanan lainnya.
Dengan JAKI, Jakarta menjadi salah satu kota yang paling siap menerapkan mobile government di Indonesia.
M-government diterima secara luas sebagai inisiatif turunan dari e-government yang menawarkan kesempatan bagi warga negara untuk lebih terlibat dan meningkatkan fungsi fundamental pemerintah, khususnya dalam penyediaan pelayanan publik kepada warganya (Kushchu dan Kuscu, 2003; Song, 2005; Alrazooqi dan De Silva, 2010).
Penerapan m-government secara masif tidak bisa dilepaskan dari perubahan di bidang teknologi yang juga amat cepat, termasuk peningkatan infrastruktur dan jangkauan dari jaringan internet mobile (Kushchu dan Kuscu, 2003, El-Kiki dan Lawrence, 2006; OECD & ITU, 2011).
Perubahan ini juga meliputi penetrasi teknologi bergerak dan nirkabel (wireless and mobiles) yang melampaui penetrasi dari internet sendiri secara umum, konvergensi mobile internet, dan tren aplikasi mobile (mobile apps), yang pada gilirannya telah melahirkan fenomena masyarakat yang “always on” (Kushchu dan Kuscu, 2003; Abanumy dan Mayhew, 2005).
Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan pengguna internet di Indonesia tahun 2021 mencapai 202,6 juta orang atau setara 73,7 persen populasi (274,9 juta jiwa).
Bahkan, jumlah perangkat mobile sudah melampaui populasi. yaitu 345,3 juta jiwa (125,6 persen).
Di kota-kota besar kita mungkin tak asing melihat satu orang menggunakan beberapa gawai sekaligus.
Telepon seluler saat ini juga amat jauh berbeda dibanding saat pertama kali keluar. Dulu, orang menggunakan ponsel hanya untuk menelepon dan mengirim pesan singkat.