Selain itu, warga juga tetap dikenai denda apabila terlambat membayar tagihan.
"Kalau telat (bayar tagihan), lewat sehari dendanya Rp 35.000. Dendanya saja," kata Emil.
Emil mengaku kerap kali membayar tagihan air dalam sebulan sekitar Rp 200.000.
Emil pun sudah sering melaporkan kondisi tersebut kepada Palyja tapi tak mendapat tanggapan apa pun.
Palyja selaku operator dinilai tidak tanggap atas keluhan konsumennya.
Dengan adanya krisis air, Tony dan warga lainnya berharap segera mendapat bantuan subsidi air dari Palyja.
Tony mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menerima bantuan subsidi air dari Palyja.
"Harapannya sih cuma satu untuk Palyja, tolong tanggapannya itu diperbaiki fasilitasnya. Kalau bisa ada subsidi air bersih dari Palyja untuk warga di sekitar RW 015 ini," ujar Tony.
Tony mengatakan, pihaknya sudah melaporkan kondisi krisis air yang terjadi kepada Palyja.
Namun, tanggapan yang didapatkan hanya petugas survei datang ke lokasi untuk mengecek meteran air saja.
Baca juga: Cerita Korban Wanprestasi Yusuf Mansur dkk, Harapan Punya Usaha Pupus, Investasi Berujung Buntung
Tony mengatakan, mereka bahkan tidak memberi penjelasan apa pun soal krisis air itu.
"Mereka enggak bikin alasan (jawaban), mereka bikin laporan hanya pengecekan, kemudian nanti ditindaklanjuti, sudah selesai itu saja," kata dia.
Selain itu, petugas juga sama sekali tidak mengecek pipa saluran.
Menurut Tony, setiap RT, lebih dari 20 kepala keluarga (KK) terkena dampak krisis air tersebut.
"Kami mengalami situasi begini kurang lebih tiga bulanan. Dampaknya banyak sekali, soalnya di sini banyak balita dan lansia. Terutama balita ini, butuh air bersih," ucap Tony.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.