Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Perempuan Ini Melawan Balik Saat Terkena Catcalling oleh Sekelompok Pemuda

Kompas.com - 09/01/2022, 18:13 WIB
Joy Andre,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

BEKASI, - KOMPAS.com - Fenomena catcalling atau pelecehan berbentuk verbal berupa siulan, panggilan, ataupun gestur main mata terhadap korban kembali ramai di jagat dunia maya.

Baru-baru ini, sebuah akun TikTok dengan nama pengguna @arlithanjani mengunggah sebuah video yang memperlihatkan dirinya merasa kesal saat dilecehkan. Dia pun berani mendatangi segerombolan laki-laki pelaku catcalling.

Dalam video tersebut, terlihat empat orang laki-laki pelaku catcalling sedang duduk santai di gang sempit sambil memainkan telepon genggam.

Baca juga: PDI-P Panas Ahok Dilaporkan ke KPK, Curiga Agenda 2024

 

Saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Arlitha yang saat itu lewat, mengatakan bahwa awalnya, empat orang laki-laki yang duduk di situ mempersilakan dirinya lewat. Namun setelah beberapa meter, empat orang laki-laki itu mulai bersiul menggodanya.

"Saat itu saya lewat juga baik-baik. Saya pakai hoodie, masker, topi, dan juga celana panjang. Saya bilang permisi, mereka mempersilakan. Setelah jarak beberapa meter, ada siulan-siulan yang menggoda. Saya berhenti, menyalakan handphone, merekam sambil bertanya. Seperti yang ada di video," ungkap Arlitha, melalui Instagram pribadinya, @arlithastevie, Sabtu (8/1/2022).

Baca juga: Survei Indikator: Prabowo Capres Terkuat, Ungguli Ganjar dan Anies

Arlitha beralasan, dirinya berani untuk merekam kejadian pelecehan yang terjadi kepada dirinya, karena ia ingin mengetahui, maksud dan tujuan gerombolan laki-laki tersebut secara sengaja melakukan pelecehan kepada dirinya.

"Saya semata-mata inginbertanya ke pelaku. Apa maksudnya mereka ngelakuin itu (siulan) ke saya. Saya dengan permisi mengatakan ingin lewat. Kenapa salah satu dari mereka secara sengaja melakukan catcalling," tambah Arlitha.

Respons Arlitha terhadap beragam komentar netizen

Dalam video yang berdurasi delapan detik tersebut, banyak netizen yang memuji aksi berani perempuan tersebut, namun tidak sedikit pula yang menanggap hal itu tidak perlu dilebih-lebihkan.

Menanggapi komentar netizen, Arlitha, mengatakan, komentar netizen yang menganggap hal tersebut biasa saja membuatnya merasa kesal dan bingung.

Ia mengatakan, persoalan pelecehan verbal tidak bisa dianggap sepele dan dijadikan budaya.

"Campur aduk ya. Kesel, marah, bingung, emosi, semuanya. Mereka seharusnya tahu dan paham, kalau pelecehan verbal itu tidak boleh dijadikan budaya. Wanita itu berhak untuk merasa aman dan nyaman atas tubuhnya sendiri," tambah Arlitha.

Ia pun menambahkan, ruang publik sudah seharusnya aman bagi siapapun dan tidak boleh diganggu.

"Perempuan berhak untuk mendapatkan ruang publik yang aman dan ramah tanpa gangguan. Ruang aman bagi perempuan adalah ketika perempuan merasa tenang dan nyaman tanpa rasa cemas. Bahkan, tidak perlu merasa paranoid ketika melihat ada pria asing disekitarnya," jelas Arlitha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com