Deny berharap krisis air bersih ini bisa segera teratasi, mengingat sebentar lagi akan memasuki bulan puasa dan Lebaran.
"Sudah 4 bulanan, tapi mudah-mudahan (gangguan air) jangan sampai Lebaran ya, jangan sampai pas puasa. Butuh banget itu. Kita kan banyak kebutuhannya," ujar Deny.
Dia berharap, Palyja sebagai pemasok air ke kampungnya bisa segera memperbaiki masalah tersebut.
"Mudah-mudahan Palyja (krisis airnya) jangan sampai puasa. (Pas puasa) udah diperbaiki, udah kelar kerjaannya," kata dia.
Di samping itu, Deny juga menginginkan agar aliran air di kampungnya bisa kembali normal.
Baca juga: 3 Bulan Krisis Air Bersih di Kampung Bandan, Palyja Sebut Penyebabnya Pipa Bocor
Apalagi air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar.
"Inginnya cepat-cepat mengalir, air kita butuh biar di mana-mana juga. Jadi harapan saya biar cepat diperbaiki," ujar dia.
Sementara itu, di Kampung Baru Kubur krisis air sudah berlangsung sekitar tiga bulan. Sekalinya keluar, air yang ada berbau menyengat.
"Airnya enggak pernah keluar, sekalinya keluar bau bangkai. Masa airnya bau bangkai. Bingung saya juga," ujar In Nyo warga di RT 07, RW 15 saat ditemui di lokasi, Kamis (6/1/2022).
Dia mengatakan, banyak pekerjaan rumah tangganya yang terbengkalai akibat krisis air tersebut. Apalagi, di rumahnya juga sedang ada orang yang sakit.
"Saya enggak mandi-mandi. Kesel saya. Kami enggak ada air tapi bayar terus," kata dia.
Selain berbau, ujar dia, air tersebut juga menghitam dan tak layak pakai.
Baca juga: Tiga Bulan Krisis Air Bersih, Warga Kampung Bandan: Baru Seminggu Ini Dapat Bantuan dari Palyja
Untuk memenuhi kebutuhan mereka, warga harus membeli air galon atau air pikul dari pedagang air keliling.
"Jadi harus beli segalon Rp 6.000, sedangkan tagihan bayar terus tapi airnya enggak ada," kata dia.
Warga lainnya, Emil, mengatakan bahwa dirinya sudah sering melaporkan hal tersebut kepada Palyja.