JAKARTA, KOMPAS.com - Tak jauh dari Pantai Ancol di sisi utara Ibu Kota Jakarta berdiri sebuah stadion megah di lahan seluas 22 hektare.
Fasilitas bernama Jakarta International Stadium (JIS) ini digadang-gadang menjadi satu dari 10 stadion terbesar di dunia.
Berdasarkan laporan Daily Mail pada 20 Februari 2021 lalu, nama JIS disejajarkan dengan kandang tim raksasa Spanyol Real Madrid, Santiago Bernabeu, dan Barcelona, Camp Nou.
Salah satu keistimewaan dari stadion berkapasitas 82.000 penonton ini adalah atap yang bisa dibuka tutup secara otomatis (retractable roof).
Baca juga: Polemik Kampung Susun Bayam, Dijanjikan untuk Warga tapi Malah Akan Ditempati Pekerja JIS
Proyek yang mulai dibangun pada 2019 dan diperkirakan selesai pada Februari 2022 ini menjadi kebanggan Gubernur Anies Baswedan.
Akhir pekan ini, pada Minggu (16/1/2022), Anies bahkan menyambangi JIS dengan memboyong grup band kenamaan Nidji untuk melakukan check sound di sana.
Namun, siapa sangka di balik kemegahan JIS ada realita kontras yang tak bisa diabaikan begitu saja.
Tak jauh dari stadion tersebut berdiri deretan rumah gubuk berdinding seng dan triplek. Bedeng-bedeng itu dibangun di bantaran rel kereta api.
Baca juga: Kampung Susun Bayam Dibangun Bukan untuk Warga Terdampak JIS, Ketua DPRD: Pembohongan Publik!
Anak-anak tampak hilir mudik bermain di lingkungan rumah mereka yang jauh dari kata layak dan aman. Selain berdiri di bantaran rel kereta, bangunan semi permanen tersebut berada di pinggir jalan Ancol-Tanjung Priok yang kerap dilalui kendaraan bermuatan besar.
Rumah-rumah tersebut sebagian ditinggali oleh warga yang sebelumnya bermukim di Kampung Bayam yang tergusur karena proyek JIS.
Warga mengaku sudah didata oleh kelurahan setempat, tetapi mereka tidak tahu pendataan tersebut untuk kepentingan apa.
Mereka sangat berharap bisa direlokasi ke tempat tinggal yang lebih layak.
Baca juga: Kontrasnya Gubuk Tripleks Warga Kampung Bayam di Balik Kemegahan Jakarta International Stadium
Bergulir wacana soal pembangunan Kampung Susun Bayam di sekitar JIS untuk menampung warga terdampak proyek stadion tersebut.
Namun, belakangan beredar pula kabar bahwa kampung susun itu nantinya akan ditempati oleh pekerja pendukung operasional JIS, seperti janitor hingga petugas keamanan.
Isu ini ditanggapi keras oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi.
"Kalau ujung-ujungnya Kampung Susun Bayam untuk para pekerja pendukung JIS buat apa dilakukan CAP. Itu namanya menipu. Membohongi publik," kata Prasetio melalui keterangan tertulis, Senin (17/1/2022).
Baca juga: Jakpro Akan Mempekerjakan Warga Kampung Bayam di Jakarta International Stadium
CAP adalah community action plan (CAP) yang dilakukan sebelum pemerintah membangun sebuah fasilitas. Melalui CAP, pemerintah meminta masukan dari warga terkait proyek yang akan dibangun.
Politisi PDI-Perjuangan ini mendesak Gubernur Anies Baswedan untuk memberikan tempat tinggal yang layak bagi warga Kampung Bayam. Prasetio menilai warga tersebut tidak boleh dibiarkan hidup susah di pinggir rel kereta api.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.