Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Banjir di Kecamatan Benda, 3 Hari Tak Kunjung Surut Bikin Lebih dari 1.000 KK Jadi Korban

Kompas.com - 21/01/2022, 09:08 WIB
Muhammad Naufal,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Warga di tiga kelurahan di Kecamatan Benda masih menjadi korban banjir sejak Selasa (18/1/2022) hingga Kamis (20/1/2022).

Ketiga kelurahan itu adalah Jurumudi, Jurumudi Baru, dan Benda.

Kelurahan Belendung juga sempat kebanjiran, tetapi banjir di sana sudah surut pada Rabu (19/1/2022).

Berikut rangkuman berita berkait banjir di Kecamatan Benda:

Ketinggian banjir capai 60 sentimeter

Tarmuji (26), seorang warga RT04/RW08, Jurumudi, Kecamatan Benda, berujar bahwa banjir tertinggi di permukimannya sempat menyentuh angka 60 sentimeter.

"Ada paling (tertinggi) 60 sentimeter. Sekarang sudah mulai surut, paling 40 sentimeter sekarang mah," tuturnya, Kamis.

"Ini paling parah Rabu kemarin. Pas hari Selasa, banjirnya enggak terlalu parah," sambung Tarmuji.

Baca juga: 18 Titik Banjir di Kecamatan Benda, Pemkot Tangerang Sebut Drainase Tol JORR II Tak Memadai

Pada Rabu kemarin, banjir sempat memasuki kediamannya dengan ketinggian air sekitar 20 sentimeter.

Kemudian, pada Kamis hari ini, banjir tak lagi memasuki kediamannya.

Menurut dia, banjir itu surut dengan sendirinya dan bukan karena disedot.

Sebab, hingga Kamis ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang belum menyedot banjir yang ada di lingkungan itu.

Baca juga: Lebih dari 1.000 Kepala Keluarga di Kecamatan Benda Jadi Korban Banjir

Tarmuji menyebut, banjir itu tak akan surut jika tidak disedot lantaran nihilnya drainase di RT04/RW08, Jurumudi.

Dia mengaku tak akan mengungsi karena takut jika harus meninggalkan barang-barang di kediamannya.

Tarmuji tinggal di rumahnya bersama istri, Nurlela berusia 20 tahun, dan anaknya, Irhas berusia 1,5 tahun.

Lusi, warga di permukiman yang sama, juga mengaku banjir di sana sempat berada di ketinggian 60 sentimeter.

Menurut dia, banjir di permukiman itu terjadi hampir setiap tahun.

Banjir disebabkan tak adanya drainase di permukiman tersebut.

Mengaku belum dapat bantuan

Sejak Selasa hingga Kamis kemarin, Tarmuji mengaku belum mendapat bantuan apapun dari Pemkot Tangerang.

"Belum ada dari pemerintah, saya belum dapat apa-apa," ucapnya.

Padahal, kata dia, keluarganya sempat mendapatkan bantuan dari Pemkot Tangerang saat banjir terjadi di permukiman itu pada tahun 2020.

"Tahun 2020 dapet, kayak popok, mie, beras, sama yang lain-lain. Tapi tahun ini belum ada," sebut Tarmuji.

Baca juga: 3 Hari Kebanjiran, Warga Jurumudi Belum Dapat Bantuan dari Pemkot Tangerang

Harapan soal mendapat bantuan diucapkan istri Tarmuji, yakni Nurlela.

Dia berharap keluarganya mendapat bantuan mengingat adanya si buah hati.

"Ya saya sih khawatir anak saya sakit, makanya berharap obat-obatan, gitu," ungkap Nurlela.

Soal nihilnya bantuan logistik dari Pemkot Tangerang turut diungkap oleh Lusi.

"Enggak, enggak dapet di sini. Obat juga enggak" ucap Lusi saat ditemui.

Banjir bukan karena Tol JORR II

Tarmuji tak sependapat jika Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) II disebut sebagai penyebab banjir di Jurumudi dan kelurahan sekitarnya.

Pemkot Tangerang sebelumnya menyebut bahwa Tol JORR II sebagai penyebab banjir di Kecamatan Benda.

Adapun letak Kelurahan Jurumudi berada tak jauh dari Tol JORR II. Ruas Jalan Tol Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran, yang terdekat dengan Kecamatan Benda, baru diresmikan pada 1 April 2021.

Baca juga: Pemkot Tangerang Sebut Drainase Tol JORR II Sebabkan Banjir, Warga: Tiap Tahun Juga Begini

Tarmuji menyebut, banjir di permukimannya terjadi setiap tahun.

Pria yang sejak umur 6 tahun sudah menetap di RT04 itu menilai, pembangunan Tol JORR II tak terlalu memengaruhi munculnya banjir di sana.

"Tiap tahun juga banjir begini," ungkapnya.

Baca juga: Sekretaris Camat Benda: Kata Warga, Sebelum Ada Tol JORR II, Banjir Tidak Separah Ini

Menurut Tarmuji, banjir di lokasi itu terjadi lantaran nihilnya drainase.

Dia menuturkan, banjir terparah di permukiman itu terjadi pada 2020, sebelum Tol JORR II diresmikan. Ketinggian banjir 5 tahunan itu mencapai 90 sentimeter.

Namun, dia tak menampik bahwa keberadaan Tol JORR II membuat banjir di permukiman itu menjadi lebih parah lagi.

"Tapi sejak ada tol, banjir memang makin parah," katanya.

Hal senada disampaikan oleh warga lainnya, Lusi. Dia mengaku, banjir di daerahnya hampir terjadi setiap tahun.

Di sisi lain, Sekretaris Camat Riswan Setyo juga belum bisa memastikan apakah banjir di wilayah administrasinya memang disebabkan oleh Tol JORR II.

Kata dia, berdasar keterangan warga, banjir yang terjadi kali ini memang lebih parah dari pada sebelum adanya tol JORR II.

"Ada penuturan warga, memang banjir yang sekarang baru separah ini, sebelum-sebelumnya memang enggak," papar Riswan.

"Sebelum ada Tol JORR II emang enggak separah ini," sambung dia.

Riswan menyatakan, penyebab utama banjir di sejumlah kelurahan di Kecamatan Benda memang disebabkan oleh hujan berintensitas tinggi.

Riswan mencontohkan, sebelum ada Tol JORR II, banjir yang kerap terjadi di Rawa Banban biasanya langsung surut usai hujan reda.

Namun, usai Tol JORR II berdiri, banjir di sana cenderung membutuhkan waktu yang lama hingga surut.

1.000 KK jadi korban banjir

Riswan Setyo menyebutkan, lebih dari 1.000 kepala keluarga (KK) menjadi korban banjir di empat kelurahan di Kecamatan Benda.

Riswan menuturkan, terdapat empat kelurahan yang terendam banjir, yakni Jurumudi, Jurumudi Baru, Benda, dan Belendung.

Per hari ini, menurut Riswan, banjir di Kelurahan Belendung telah surut.

Riswan mengaku tak dapat memprediksi kapan banjir di tiga kelurahan itu akan surut sepenuhnya.

Baca juga: Dari 1.000 KK, Hanya 15 Keluarga Korban Banjir di Kecamatan Benda yang Mengungsi

Pemkot Tangerang tengah berupaya agar banjir dapat segera surut. Salah satu caranya dengan memompa air menggunakan mesin.

Dari 1.000 KK itu, menurut Riswan, hanya 15 di antaranya yang mengungsi.

Sebanyak 15 KK itu diungsikan ke kantor Kelurahan Benda, mushala, dan pergudangan.

"Kemarin hanya ada 15 KK, itu di kantor Kelurahan Benda, mushala Nurul Iman, sama gudang botol," ucap Riswan.

Sementara itu, sisa warga yang terdampak banjir sejak Selasa (18/1/2022) memilih untuk tak mengungsi.

Dia menyebut, pihaknya telah menyiapkan Gelanggang Olahraga (GOR) Benda sebagai lokasi pengungsian.

Namun, korban banjir di sana lebih memilih untuk menetap di kediamannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com